Kamis, 31 Mei 2018

APLIKASI JODOH ONLINE


                Dengan adanya internet, maka tidak heran jika apapun yang akan kita inginkan dan lakukan dapat dengan cepat dan mudah dilaksanakan. Tak terkecuali dalam hal mencari jodoh. Sekarang ini, ada beberapa orang dimanapun berada tertarik menggunakan aplikasi jodoh online, karena menurut mereka aplikasi tersebut akurat dan mudah dalam mencari jodoh mereka. Mereka tidak perlu lagi pergi keluar rumah untuk mencari pasangan idaman, tidak perlu lagi menghabiskan uang, waktu, dan tenaga untuk mencari jodoh karena sekarang ini semua serba bisa, termasuk jodoh. Mereka hanya perlu memasukkan data diri, foto, informasi tentang mereka, dan pasangan idaman yang diinginkan, lalu sisanya adalah tugas dari aplikasi itu sendiri yang mencari pasangan yang cocok satu sama lain.
Berikut merupakan cerita dari pasangan yang berhasil dalam mencari jodoh mereka melalui aplikasi jodoh online:

Seperti kisah Fira dan Firza yang saling match (istilah di Tinder yang berarti sama-sama cocok) karena punya hobi yang sama. Awal mula mereka berkenalan karena saling menyukai Star Wars. Menurut Fira, ia belum berminat untuk cari pacar saat itu karena baru putus cinta. Tinder hanya sarana yang ia gunakan saat sedang jenuh. Suatu ketika ia menemukan Firza yang dilihat profilnya juga menyukai Star Wars.

"Kita nyambung bukan hanya sering obrolin Star Wars, tapi kita juga suka The Beatles. Dan lucunya dia tahu horoskop jadi kita bisa ngobrol panjang," ujar wanita yang bekerja sebagai fashion stylist itu kepada Wolipop, Jumat (16/1/2015). 

Setelah itu, mereka janjian untuk bertemu di sebuah restoran. Tidak ada perasaan kaku atau tegang layaknya orang yang akan bertemu dengan pria incaran, Fira mengaku saat itu merasa santai dan cuek karena menganggap Firza layaknya teman. "Pas ketemu asik banget. Kita saling cela-celaan. Dia manggil aku 'mbek' karena aku kan Capricorn. Hari itu, kita ngobrol dari siang sampai malem, nggak ada rasa bosan dan canggung," urai Fira. 

Tak butuh waktu lama, untuk keduanya penjajakan. Fira juga tidak menyangka akan menemukan kekasih dengan cepat dan mudah berkat Tinder. Lucunya, wanita 24 tahun itu tidak pernah mendengar Firza mengajukan pertanyaan kepadanya untuk jadi pacar, tapi tiba-tiba sudah berstatus pacaran.
"Suatu hari, kita lagi ngobrol di Line, terus ada obrolannya yang bilang 'kita kan pacaran', aneh banget sih. Tapi aku suka sama cara dan perlakuan dia ke aku yang kadang ajaib," tutup wanita yang membuat akun Tinder pada Agustus 2014 itu

            Tak semua pasangan yang lahir dari aplikasi jodoh online berhasil sampai di dunia nyata mereka, berikut merupakan cerita pasangan yang gagal dari aplikasi jodoh online:

Haley kenal dengan Samuel lewat aplikasi cari jodoh online dan menjalin hubungan secara virtual selama dua tahun. Setelah dua tahun hanya bertukar pesan, keduanya kemudian sepakat bertemu di rumah Haley. Pertemuan pertama mereka bukannya berbuah manis, tapi malah berujung bencana.
Haley mengajak Samuel ke sebuah meja di luar rumahnya untuk minum wine bersama. Wanita 26 tahun itu kemudian meminta Samuel menutup mata dan secara tiba-tiba memukulnya tiga kali dengan pemukul baseball di bagian kepala. Akibat insiden ini, Samuel mengalami retak pada tengkoraknya. Haley mengungkapkan pada polisi alasannya memukul pria yang baru ditemuinya itu karena dia tidak ingin jadi kekasihnya setelah melihat Samuel secara langsung.
           

            Dari kedua cerita berbeda diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi jodoh online juga tidak terlepas dari dampak negatif maupun dampak positifnya, yaitu:

Dampak positif:
  1. Menambah teman baru, walaupun tidak mendapat pasangan yang diidamkan, setidaknya kita bisa menambah kenalan-kenalan baru dari aplikasi tersebut
  2. Hemat waktu, tenaga dan biaya, tentu saja dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya daripada harus mencari jodoh melalui dunia nyata. Hemat waku, tidak perlu selalu memikirkan waktu untuk bertemu setiap harinya dengan dia. Hemat tenaga, tidak perlu kesana kemari menemani pasangan. Hemat biaya, tidak perlu mengajak makan ataupun jalan-jalan setiap harinya
  3. Mendapatkan teman dengan hobi yang sama, sebelum kita dipilihkan oleh aplikasi pasangan yang sesuai, kita terlebih dahulu mengisi biodata diri kita misalnya hobi sehingga aplikasi akan mencari teman yang juga memiliki hobi yang sama, walaupun nanti pada akhirnya tidak menjadi pasangan
  4. Mengurangi rasa canggung, malu, dan grogi. Kita tidak perlu bertatap muka dengan calon pasangan sehingga perasaan yang disebutkan di atas dapat dikurangi
  5. Mendapatkan jodoh. Inilah tujuan utama orang-orang ikut bergabung dengan aplikas jodoh online


Dampak negatif:
  1. Identitas yang seperti nama, foto, status, alamat, dan lain-lain bisa saja palsu
  2. Belum tentu langsung mendapatkan jodoh
  3. Sangat mudah sebagai tempat untuk penipuan


Daftar pustaka:


CYBER CHEATING DAN CYBER FLIRTING


Internet yang telah mendominasi hidup di zaman serba modern ini pun bisa saja menimbulkan keresahan ddan ketakutan akan sesuatu, karena tidak semua orang bijak dalam menggunakan internet. ada beberapa orang yang memanfaatkan internet utuk kejahatan atau kepuasan untuk dirinya sendiri. Beberapa kejahatan atau keburukan pada dunia internet seperti yang akan dibahas kali ini adalah cyber cheating dan cyber flirting.

Cyber Cheating
            Dapat dikatakan sebagai cyber cheating adalah ketika pasangan kita atau diri kita sendiri, melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan hubungan secara emosional ataupun seksual dengan orang lain selain pasangannya, atau yang biasanya disebut dengan perselingkuhan. Bedanya dengan dunia nyata adalah cyber cheating merupakan perselingkuhan yang terjadi di dunia maya atau dengan bantuan internet, jadi hubungan atau interaksi yang dilakukan adalah melalui virtual. Masalahnya adalah ada sekitar 60% orang yang tidak merasa bahwa interaksi virtual ini adalah perselingkuhan, mereka sangat yakin dan merasa bahwa mereka sangat berkomitmen dengan pasangannya sehingga tidak terjadi perselingkuhan tersebut.
CONTOH:

Pengguna Media Sosial Banyak yang Selingkuh

Oleh Iskandar pada pada 04 Jul 2014, 07:26 WIB
Liputan6.com, Menurut sebuah penelitian, seseorang yang kerap menggunakan media sosial, sekitar 32 persen di antaranya lebih cenderung berpikir untuk meninggalkan pasangannya. Para peneliti dari Boston University menemukan korelasi antara penggunaan media sosial, masalah perkawinan, dan perceraian.

Peneliti menyimpulkan bahwa Facebook merupakan salah satu penyebab meningkatnya perceraian suami-istri. Penelitian yang dipimpin oleh James E. Katz di College of Communication ini membandingkan tingkat perceraian suami-istri di 43 negara antara tahun 2008 dan 2010.

Untuk mengetahui 'penetrasi Facebook', Katz bersama dua orang penulis menghitung jumlah akun Facebook dan dibagi dengan populasi di suatu negara. Para peneliti menemukan bahwa peningkatan 20 persen pengguna Facebook di tiap negara dapat dikaitkan dengan pertumbuhan tingkat perceraian sebesar 2,18 persen.

Ketika penulis menghitung variabel status pekerjaan, usia, dan ras, korelasinya tetap konstan. Mereka menemukan bahwa korelasi bisa menjadi prediktor signifikan dari angka perceraian. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (4/6/2014).

"Studi ini melihat data untuk memahami perilaku manusia yang dipengaruhi oleh teknologi komunikasi, khususnya teknologi yang berbasis mobile," kata Katz.

Para peneliti juga memeriksa data yang dikumpulkan pada tahun 2011 oleh University of Texas di Austin, yang meminta 1.160 orang menikah di usia 18-39 tahun bercerita tentang keharmonisan rumah tangga mereka.

Orang yang tidak menggunakan media sosial, 11,4 persen di antaranya lebih merasa bahagia dengan pernikahannya dibandingkan dengan orang yang menggunakan media sosial. Sementara para pengguna media sosial, 32 persen di antaranya cendurung tidak betah di rumah dan berpikir untuk meninggalkan pasangannya.

Meskipun beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa Facebook dan situs media sosial lainnya membuat orang lebih sering berbohong, para peneliti menyimpulkan bahwa pria dan wanita yang mengalami masalah pernikahan, kerap memperoleh dukungan emosional dari media sosial.

Pun demikian, banyak pasangan suami-istri yang menjadi korban akibat penggunaan Facebook. Lynn France, seorang ahli terapi okupasional dari Cleveland, Ohio terkejut ketika ia melihat foto suaminya, John, menikah dengan orang lain di Facebook.


Cyber Flirting
            cyber flirting merupakan perilaku merayu yang mana terjadi di dunia maya dengan bantuan internet. flirting dapat dikatakan sebagai kejahatan apabila pelaku flirting menggunakan kata-kata yang tidak pantas atau menggunakan identitas palsu sehingga pelaku dengan bebas dapat melakukan aksinya (merayu).
CONTOH:

Waspada Scammer Cinta Giatkan Kesadaran di Medsos

Bayu Marhaenjati / YUD Rabu, 11 Mei 2016 | 18:29 WIB
Jakarta - Fenny Fatimah alias Feydown (59) dan Retno Widati (62), geram ketika membaca sebuah berita tentang penipuan terhadap seorang perempuan melalui media sosial (medsos) Facebook. Modus pelaku membuat akun Facebook dengan nama palsu dan memasang foto pria tampan. Kemudian berkenalan, bercanda, dan mulai merayu korban.
Seiring waktu berjalan, komunikasi lewat dunia maya dan telepon makin intens. Rayuan pun kian memabukan. Korban yang rindu perhatian, akhirnya terbuai bualan.
Sejurus kemudian, pelaku meminta foto korban sebagai tanda cinta. Mulai dari foto setengah telanjang hingga bugil.
Ketika foto sudah dalam genggaman, rayuan manis berubah menjadi ancaman. Pelaku menggunakan foto itu sebagai senjata untuk memeras korban. Kalau tidak mau memberikan uang, foto akan disebar.
Korban ketika itu mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Dan, pelaku masih bebas berkeliaran di luar karena korban malu melapor polisi.
Atas dasar itu, dua sahabat ini, kemudian membuat sebuah fanpage Facebook "Waspada Scammer Cinta" (WSC) medio tahun 2012 lalu. Disusul, grup Facebook Komunitas Satu Hati (KSH). Tujuannya, menolong para korban hingga menelusuri siapa pelakunya.
"Kami geram kalau mengetahui ada korban penipuan seperti itu. Makanya kami buat WSC dan KSH di Facebook untuk memberikan informasi, kasih arahan dan mengingatkan para korban agar tidak tertipu. Kami berdua adminnya. Kami ingin membela wanita Indonesia. Dunia maya itu bisa digunakan untuk hal positif, bisa juga negatif," ujar Fenny kepada Beritasatu.com, Rabu (11/5).
WSC dipakai untuk menampung keluhan korban yang tertipu. Mereka bisa berkomunikasi dengan Fenny dan Retno melalui pesan khusus yang hanya dapat dibaca dan dilihat admin sehingga kerahasian terjaga.
Cerita-cerita yang didapat, kemudian diolah atas persetujuan korban -biasanya nama korban disamarkan- untuk dibagikan ke KHS agar dapat menjadi masukan dan pembelajaran bagi anggota dan masyarakat. KSH juga membuat diskusi dan acara-acara sosialisasi terkait penipuan di medsos, di tengah masyarakat.
Banyak member yang setelah membaca, mencari tahu sampai terbuka siapa pelakunya. Kalau sudah ketahuan pelakunya, tinggal bagaimana korban. Apakah mau diteruskan ke jalur hukum atau tidak.
"Tapi kebanyakan, korban tidak mau. Karena malu sudah kasih foto bugil. Selain itu, takut keluarganya pada tahu," ungkapnya.
Scammer internasional, biasanya bermodus memasang foto pria menggenakan baju tentara Amerika, berkenalan dengan korban sampai pacaran. Selanjutnya, pelaku yang kebanyakan berasal dari benua Afrika itu pura-pura mengirimkan barang untuk sang kekasih. Namun, barang itu tertahan di bandara dengan alasan masalah pajak.
"Lalu minta uang sama korban untuk mengurus permasalahan di bandara, supaya barang itu bisa keluar. Padahal, dia tidak pernah mengirimkan barang apa pun," katanya.
Sementara itu scammer Indonesia, biasanya memasang foto pria tampan pakai baju tentara, polisi, pramugara, dan lainnya. Kemudian, menawarkan cinta.
"Ketika sudah dekat, pacaran, minta dikirim foto bugil sebagai tanda cinta. Kemudian, minta uang. Kalau disetop, foto disebar atau dibuat akun palsu dengan foto-foto itu. Jahat sekali mereka," jelasnya.
Ada 300-an foto-foto polisi, tentara, dan pramugara yang sering dipakai pelaku untuk melakukan penipuan. "Saya sudah ingatkan di WSC, ini foto siapa. Hati-hati foto ini dipakai buat penipuan," katanya.
Sementara itu, Retno menyampaikan, tenaga kerja wanita (TKW) paling banyak menjadi korban. Namun, ada juga yang sarjana dan berprofesi sebagai pengusaha serta dokter.
"Korbannya sangat banyak, hingga saat ini bisa ratusan jumlahnya. Ada TKW (Tenaga Kerja Wanita), pengusaha, pegawai, bahkan dokter. Jadi ini bukan karena tinggi-rendah pendidikan, tapi karena kecerdasan logika dan situasi," katanya.
Pelakunya, tambah Retno, ada yang berprofesi sebagai juru parkir, pedagang tahu Sumedang, namun kebanyakan merupakan narapidana.
"Saya pernah telusuri ternyata pelakunya tukang parkir di Makassar. Kasihan, korbannya ini kebanyakan TKW. Bahkan, ada yang sampai bunuh diri minum cairan pembersih lantai karena tidak kuat. Mereka kerja keras mencari uang, diperas uangnya sama pelaku," ucapnya.
Foto dua orang kerabat Retno yakni, Kapten Abu Bastian dan Agung Permana yang berprofesi sebagai aparat, juga dipakai pelaku untuk melakukan penipuan.
"Kebetulan, dua orang aparat itu saudara saya sendiri. Pertama Abu Bastian dan Agung Permana. Foto-foto mereka dipakai untuk melakukan penipuan. Tukang parkir di Makassar itu, pakai nama dan foto Abu," jelasnya

           
daftar pustaka:

Rabu, 30 Mei 2018

PLAGIAT DALAM BERINTERNET



Perilaku plagiarisme bukan hanya dilakukan dalam kehidupan dunia nyata, namun di zaman modern ini plagiarisme juga ditemukan di dunia maya atau internet. karena internet dapat menghubungkan orang-orang yang mungkin jaraknya jauh sehingga dengan mudah melakukan perilaku tersebut karena menurut mereka tidak akan diketahui oleh sumbernya. Jadi apa itu plagiarime (perilaku plagiat)? Menurut kamus Oxford advanced learner’s dictionary (Wehmeier; Mcintish; & Turnbull, 2008) Plagiarisme sebagai praktik mengambil pekerjaan atau ide orang lain dan menyampaikan bahwa pekerjaan atau ide tersebut sebagai karyanya sendiri. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Indonesia, 2008) mengartikan plagiarisme sebagai penjiplakan yang melanggar hak cipta. Lebih lanjut, Norris (2007) mengemukakan bahwa plagiarisme meliputi dua cakupan pengertian. Pertama, plagiarisme berarti menggunakan ide-ide atau kata-kata orang lain tanpa memberikan kredit kepada sumber yang dikutipnya. Kedua plagiarisme dapat dilihat sebagai kegagalan penulis disertasi, esai, atau bentuk-bentuk tulisan lainnya dalam mengakui ide, penelitian, dan bahasa orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa plagiarisme adalah tindakan dimana kita megambil hasil karya orang lain, tidak mengakuinya, tidak mencantumkan sumbernya, dan mengakui bahwa karya tersebut adalah karya diri senidri.
Terdapat beberapa alasan mengapa ada orang yang melakukan plagiarisme, dan menurut saya alasan yang paling mendasar adalah karena tidak adanya ide/karya dan kurang percaya diri terhadap ide/karyanya sendiri, orang yang melakukan plagiarisme bisa saja karena melihat hasil ide/karya orang lain dimana ide/karya tersebut menarik, bagus, dan sesuai dengan apa yang dipikirkannya, namun karena dalam penyampaian ide miliknya tidaklah memuaskan sehingga dia lebih memilih untuk melakukan plagiat, terlebih lagi dia ingin bahwa orang lain tahu kalau karya tersebut adalah hasil dari pemikiran dirinya sendiri sehingga dia tidak mencantumkan sumber karya yang didapatnya.
            Lalu bagaimana perasaan kalian jika tulisan/karya kalian diplagiat oleh orang lain tanpa dicantumkan kredit dan kalian mengetahuinya? Padahal tulisan/karya tersebut merupakan hasil pemikiran dan usaha yang keras dari kalian. Saya pribadi karena belum pernah menulis atau membuat suatu karya yang kemudian disebarkan, sehingga belum bisa diketahui secara pasti apa yang akan saya rasakan. Selama ini tulisan saya berisi kutipan-kutipan dari sumber dan beberapa pendapat dari saya serta contoh yang didapatkan dari kehidupan sehari-hari saya. Namun, saya tahu betul suatu karya yang baik dan bagus membutuhkan pemikiran dan usaha yang keras, bukan secara begitu saja tercipta. Dan dari beberapa artikel yang saya baca, orang-orang yang pernah menjadi korban plagiat merasa sedih, trauma, dan bisa saja stress karena usaha mereka tidak dihargai oleh orang yang melakukan plagiat terhadap karya mereka yaitu dengan tidak mencantumkan sumbernya. Maka dari  itu, saya pribadi setiap kali mengutip dari buku, blog ataupun sumber lainnya, saya selalu mencantumkan kredit dari sumber tersebut, agar orang tahu bahwa tulisan saya juga terdapat karya atau pendapat dari orang lain, beda halnya jika tulisan saya murni berisi pendapat saya dan contoh dalam kehidupan sehari-hari saya.

Daftar pustaka:
Indrianti, E. (2015). Strategi hindari plagiarisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


PERILAKU PROSOSIAL DALAM BERINTERNET



            Di zaman yang serba modern ini, kita tidak bisa dipisahkan dengan internet, hampir semua yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan internet mulai dari berkomunikasi, mencari berita atau informasi, berkirim surat, belanja, bepergian, sampai hiburan. Saking modernnya, internet bahkan sudah dikenal oleh semua orang, baik itu anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. Tahukah kamu ternyata dalam berinternet kita juga melakukan atau bahkan melihat perilaku prososial baik secara langsung maupun tidak langsung? Di penulisan kali ini, akan dibahas tentang perilaku prososial dalam berinternet. Tapi sebelum itu kita harus tau dulu pengertian dari prososial. Apa itu prososial? Kita sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri pasti membutuhkan bantuan orang lain, pernah terbayangkan saat anda dilahirkan, siapa orang yang sangat berjasa dalam membantu kamu untuk bisa melihat dunia? Jawabannya adalah IBU, bayangkan saja jika ibu tidak mendorong kita keluar dengan sekuat tenaga, apakah kita bisa keluar? (hal ini berlaku untuk persalinan normal), dan tentu saja ada beberapa orang lagi yang membantu kita. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa kita pasti membutuhkan bantuan orang lain dari saat kita lahir sampai meninggal. Dan ada hukum dimana, jika kita ingin ditolong orang maka kita juga harus bisa menolong orang lain. Perilaku tolong-menolong inilah yang disebut dengan perilaku prososial (prosocial behavior).

            Menurut Penner dkk (2005), Perilaku prososial merupakan perilaku yang memiliki tujuan untuk menguntungkan orang lain. Perilaku prososial merupakan semua jenis tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain selain diri sendiri, seperti bekerja sama, berbagi, dan menghibur (Batson, dalam Sanderson, 2011). Lebih lanjut, Perilaku prososial adalah perilaku baik yang memberikan kesejahteraan sosial. Hal ini bisa bermacam dari perilaku altruistik (sukarela), menjadi murah hati (seperti memberikan uang atau darah), atau perilaku sejenis lainnya (Bierhoff, 2002). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah semua perilaku yang terdiri dari kerja sama, berbagi, menghibur, altruistik, murah hati, dan lain-lain yang tujuannya adalah untuk menguntungkan orang lain. Seiring dengan perkembangan teknologi, konteks perilaku prososial tidak hanya terlihat dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mampu menghadirkan pola perilaku prososial di dunia maya atau di dunia internet. Apakah perilaku prososial di dunia nyata dengan di internet sama? Menurut saya, iya sama karena Perilaku prososial di dunia maya adalah cerminan diri sesungguhnya dari kehidupan prososial dalam kehidupan nyata, hanya saja dampak positif dan negatif nya lah yang mungkin bisa dibedakan. Lalu apakah bentuk-bentuk perilaku prososial dan contohnya dalam berinternet? Berikut bentuk-bentuk perilaku prososial yang dikemukakan oleh Wispe (dalam Bierhoff, 2002):
1.    Simpati (Sympathy). Perilaku yang didasarkan atas perasaan positif terhadap orang lain, sikap peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain.
Contoh: sebuah postingan di salah satu akun instagram memperlihatkan video dimana terdapat seorang laki-laki berbaju hitam yang duduk di atas pembatas jalan arus kiri dan kanan sambil kedua tangannya memegang setumpuk kertas (koran) yang akan dijual. dan beberapa komentar orang-orang yang bersimpati terhadapnya
2.    Kerjasama (Cooperation). Kerjasama diartikan bahwa setiap orang mampu dan ingin bekerjasama dengan orang lain, meski bukan untuk keuntungan bersama.
Contoh: menurut saya, contohnya seperti belanja online. Terjadinya kerja sama antara pembeli dan penjual karena keuntungan yang didapatkan masing-masing, pembeli dengan keuntungannya mendapatkan barang yang diinginkan sedangkan penjual keuntungannya berupa mendapatkan uang dan testimoni dari pembeli sehingga banyak yang mau belanja di situsnya
3.    Membantu (Helping). Perilaku mengambil bagian atau membantu urusan orang lain sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya.
Contoh: terdapat beberapa contoh yang pernah saya lihat di media sosial, misalnya ada orang yang meminta tolong untuk menyebarkan foto orang terdekat mereka yang hilang, disitu para pengguna sosial media membantu menyebarkan foto tersebut agar jangkauan pencariannya juga semakin luas. Ada juga foto/video yang berisi tentang seorang penjual yang sudah lansia namun dagangannya tidak laku setiap harinya, di keterangannya juga tertera alamat atau tempat penjual tersebut biasanya berada, dan akhirnya ada beberapa orang yang melihat postingan itu ikut membantu penjual tersebut dengan cara membeli dagangannya.
4.    Berderma (Donating) Merupakan perilaku memberikan hadiah atau sumbangan kepada orang lain, biasanya berupa amal.
Contoh: sudah banyak contoh yang menunjukkan perilaku prososial dalam bentuk berdonasi (berdema), misalnya donasi Indonesia untuk Palestiina, donasi untuk anak-anak penderita kanker, dan lain-lain.
5.    Suka menolong (Altruisme) Mengambil bagian untuk menolong orang lain, yang dilakukan tanpa pamrih, dan biasanya dalam bentuk menyelamatkan orang lain dari ancaman bahaya.
Contoh: perilaku prososial dalam bentuk altruisme biasanya terlihat dari video atau foto penyelamatan terhadap korban-korban bencana yang tersebar di internet
            Dilihat dari bentuk-bentuk perilaku prososial yang ada  di atas, dampak positif yang dapat diperoleh yaitu:
  1. Dengan bantuan internet, informasi mengenai orang yang membutuhkan bantuan dengan cepat tersebar dan dilihat oleh para penggunanya
  2. Pemberian bantuan berupa donasi pun lebih efisien karena penyebarannya cepat meluas ke masyarakat
  3. Jika ada suatu bencana, orang-orang bisa dengan cepat mengetahui lokasi kejadian 
  4. Simpati dan doa yang disampaikan dapat memberi semangat bagi orang yang membutuhkan bantuan
  5. Dengan penyebaran foto atau video tentang lokasi kejadian, orang-orang menjadi tergerak untuk membantu

Namun, selain memiliki dampak positif, terdapat juga dampak negatif terhadap perilaku prososial dalam berinternet, yaitu:
  1. Beberapa orang langsung mempercayai berita atau informasi yang beredar tanpa mencari tahu yang sebenarnya 
  2. Karena tanpa mencari tahu yang sebenarnya, informasi yang salah (hoax) pun dengan cepat tersebar
  3. Orang-orang lebih merasakan simpati di dunia internet dibandingkan dengan dunia nyata
  4. Adanya oknum-oknum tertentu yang membuat pemberitahuan palsu untuk keuntungan, penerima donasi yang tidak jelas, dan lain-lain

daftar pustaka:
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00424-PS%20Bab2001.pdf 

DAMPAK GAME ONLINE



Kita hidup di zaman serba modern, dimana hampir semua yang dilakukan ada hubungannya dengan internet, salah satunya adalah game online. Game online terdiri dari dua kata yaitu game dan online. Game identik dengan permainan, dimana kata tersebut sudah sangat tidak asing lagi di telinga kita baik pada orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Online, inti dari pengertiannya adalah secara langsung dengan bantuan internet. Jadi, game online adalah permainan yang dilakukan secara langsung dengan bantuan internet, yang mana bisa dimainkan sendiri atau bersama-sama, karena dengan bantuan internet maka teman bermain yang ikut serta bisa saja merupakan orang yang berada di tempat yang jauh. Untuk penulisan kali ini, saya akan mengemukakan pendapat saya tentang dampak game online bagi anak-anak.
Game online merupakan salah satu jenis hiburan yang akhir-akhir ini sangat diminati oleh anak-anak khususnya. Untuk remaja dan orang dewasa yang meminati game online, bagi saya bukanlah sesuatu yang baru untuk dilihat, karena mereka sudah bisa membedakan apa yang baik dan buruk, WALAUPUN ada beberapa dari mereka yang tidak bertanggungjawab sebagai orang yang bisa saja menjadi panutan dalam bermain game (read: mengeluarkan kata-kata kotor). Untuk itu, seperti yang sudah dikemukakan diatas, saya akan mengemukakan pendapat tentang game online bagi anak-anak, dimana saya melakukan pengamatan kepada tiga orang adik saya, yaitu yang pertama adalah seorang anak SMP berjenis kelamin laki-laki dan dua orang anak perempuan yang masing-masing duduk di kelas dua dan tiga Sekolah Dasar.
Sebelum masuk ke dampak positif dari game online, saya ingin terlebih dahulu mengemukakan dampak negatif yang saya lihat selama pengamatan kepada ketiga adik saya ini, yaitu:
·      kurangnya berinteraksi dengan orang sekitar. Adik laki-laki saya sudah aktif bermain game sejak SD, namun berbeda dengan dulu dimana dia lebih sering bermain game di warnet bersama dengan teman-temannya, sekarang karena teknologi sudah semakin canggih dan bermain game juga sudah bisa menggunakan handphone jadi seiring berjalannya waktu dia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya. Dia hanya keluar kamar ketika makan, mandi atau kegiatan lainnya di kamar mandi, sekolah, dan hanya sedikit interaksi dengan ibu dan adiknya. Kalau untuk dua adik perempuan, mereka selalu bersama-sama setiap saat, jadi saat mereka sedang bermain game mereka juga lebih banyak menghabiskan waktu mereka di dalam kamar, namun karena game nya berada di handphone, jadi aktivitas mereka bukan hanya bermain game, ada beberapa aktivitas lainnya yang berhubungan dengan internet. saat mereka berada di dalam kamar, mereka jarang berinteraksi dengan adik bayi perempuan mereka, kecuali jika sebelumnya ada yang memanggil mereka dan menyuruh untuk bermain dengan adik tersebut. Namun, saat ada yang menjaga adik bayi itu, mereka bergegas kembali ke kamar mereka.
·      Mengeluarkan kata-kata kotor saat bermain. Tidak perlu disebutkan lagi kata-kata kotor apa yang disebutkan oleh mereka. Saya tidak tau pasti darimana mereka melihat orang-orang bermain game sambil mengeluarkan kata-kata kotor, yang saya perkirakan kedua anak perempuan ini mungkin mengikuti kakak laki-laki mereka tersebut. Karena mereka bertiga biasanya bermain bersama di satu ruangan, entah di kamar atau di ruang TV. Pada saat mereka bermain dan mengeluarkan kata-kata kotor dan terdengar, biasanya ditegur langsung oleh ibu mereka, dan jika diulangi lagi mereka diancam akan dimatikan wifi yang sedang mereka pakai
·      Ketergantungan terhadap game online. Ketika diancam akan mematikan wifi, dan tidak dihiraukan, ibu mereka biasanya langsung mematikan wifi tersebut. Adik laki-laki ini menurut saya sudah ketergantungan terhadap game online, karena dia langsung marah ketika wifi dimatikan, bahkan bisa saja mengumpat dan membanting pintu kamarnya, dia tidak peduli apakah itu perbuatan yang benar atau tidak. Pernah suatu ketika, wifi di rumah error, dia malah menyalahkan orang-orang yang ada di rumah karena belum membayar dan katanya hari ini dia harus bermain game (katanya penting). Sedangkan ketergantungan kedua adik perempuan terhadap game online masih biasa saja karena mereka tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh kakak laki-laki mereka, mereka malah mencari aktivitas yang lain
·      Memaksakan kehendak. Semua yang dia (adik laki-laki) mau yang berkaitan dengan game nya harus dituruti jika tidak dia akan merajuk, mengurung diri di kamar, dan sebagainya. Dia pun tau kelemahan ibunya yaitu tidak bisa melihat wajah anaknya yang “asam” alias cemberut. Dia sengaja bolak-balik di depan ibunya dengan menunjukan wajah tersebut yang membuat ibunya menyerah dan mengabulkan keinginannya itu. Dan itu bisa dilakukannya sebulan dua kali. Kalau kedua adik perempuan, tidak terlalu menghiraukan tentang apa yang harus dilakukan untuk game mereka, yang mereka tahu hanya bermain, sekalipun ada pembelian, mereka hanya melakukannya di dalam game nya.
·      Malas dan kurang tidur. Untuk malas, ketiga adik saya mengalaminya, tapi untuk kurang tidur hanya adik laki-laki yang mengalaminya

Adapun dampak positif yang didapatkan oleh ketiga adik saya saat bermain game online, yaitu:
·      Meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Khususnya bahasa inggris, karena kebanyakan game online menggunakan bahasa inggris sebagai keterangannya dan lain-lain, termasuk game yang sering dimainkan oleh ketiga adik saya ini. Ketika kedua adik perempuan mendapatkan kata-kata baru yang tidak dimengerti artinya, mereka lalu bertanya kepada saya. Walaupun biasanya kata-kata tersebut ada hubungannya dengan game, namun untuk anak SD, menurut saya dengan bertambahnya kata-kata dalam bahasa inggris yang dipelajari secara tidak langsung bisa saja meningkatkan mereka dalam mempelajari bahasa asing.
·      Mengurangi stres. Dari hasil wawancara saya dengan adik laki-laki saya (iseng bertanya lebih tepatnya), dia mengatakan, dengan bermain game dapat mengurangi stres yang dialaminya, stres yang dimaksud adalah menerima beberapa kenyataan pahit dalam hidupnya.
·      Menambah teman yang mempunyai hobi yang sama. Adik laki-laki saya mengatakan bahwa saat dia dan teman-teman dia berkumpul, yang mereka bicarakan adalah game jadi saat berkumpul mereka mempunyai pemahaman yang sama dan bisa dibilang “nyambung”

       Dari dampak negatif dan positif yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak dampak negatif yang diterima atau dialami oleh ketiga adik saya dibandingkan dampak positifnya. Khususnya untuk adik laki-laki yang mana pendapat saya diatas diarahkan semua kepadanya baik dampak positif maupun negatifnya.  

       KETERANGAN:
1.      Penulisan diatas murni pengamatan dan pendapat saya tentang dampak yang dialami atau diterima oleh ketiga adik saya, jadi jika ada yang mempunyai pendapat lain, saya menghargainya
2.      Pendapat saya diatas tidak dimasukkan hasil penelitian resmi jadi dampak yang dialami adik saya mungkin saja berbeda dengan yang lain
3.      Menurut saya bukan “game online” nya yang salah, tetapi orang yang memainkannya yang harus bijak dan bertanggungjawab

Sabtu, 21 April 2018

pendapat saya tentang tes psikologi online


Kita hidup di  zaman dimana semua orang, baik itu anak-anak sampai dengan orang tua tau apa itu internet. Secara singkat, internet merupakan sebuah bukti dari kemajuan teknologi yang mana dapat dengah mudah diakses oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Dengan internet juga kita dapat melakukan apapun yang kita mau, seperti mencari informasi, chatting, mencari hiburan berupa musik, video, atapun gambar, bermain game dan lain-lain. Bahkan untuk sebuah tes psikologi juga telah tersedia di internet baik itu di website maupun media sosial yang dipakai pengguna, yang dikenal dengan tes psikologi online.
Seperti yang diketahui, tes psikologi atau yang biasa disebut dengan psikotes merupakan sebuah pengukuran dan penilaian yang dilakukan oleh ahlinya, biasanya psikolog, dimana tes tersebut dapat memperoleh informasi berupa perasaan, persepsi, dan perilaku orang tersebut yang dilihat dari aspek-aspek psikologis tertentu. Terdapat beberapa jenis tes psikologi, seperti tes intelegensi, bakat, minat, dan kepribadian, dimana setiap tes mempunyai alat, bentuk, dan standar tes yang berbeda-beda. Lalu apakah tes psikologi online akurat untuk mengukur aspek-aspek psikologis dalam diri kita?
Menurut saya tes psikologi kurang akurat dalam mengukur aspek-aspek psikologis dalam diri kita, karena beberapa alasan. Pertama, sebuah tes psikologi yang selama ini kita ketahui dan sering digunakan ternyata tidak muncul begitu saja. Tes-tes tersebut dibuat dengan waktu yang cukup lama dengan segala perdebatan yang ada untuk dapat mencapai kesempurnaan dari tes tersebut. Contohnya, sejarah singkat tes intelegensi berikut:
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binnet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari Tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford_Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak samapai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas Tes Binet-Simon atau Tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Spearman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (General factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut teori faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Kedua, karena tes psikologi tersebut melewati sejarah yang cukup lama, maka jumlah partisipannya pun lebih banyak, lebih beragam, dan dengan hasil yang berbeda-beda, sehingga dapat dijadikan sebagai standar penetapan dalam tes yang dilakukan. Menurut saya, tes psikologi online mungkin saja tanpa melewati banyak partisipan dan langsung disebarkan secara luas sehingga hasil yang didapat pun menurut saya masih diragukan.
Jika ditanya lebih memilih yang mana antara tes psikologi online atau tes psikologi secara langsung, maka saya akan menjawab lebih memilih tes psikologi secara langsung, karena lebih dapat dipercaya dan akurat apalagi kalau yang menilai tes adalah para ahli psikolognya langsung karena menurut saya memperlajari ilmu psikologi apalagi alat tesnya tudaklah mudah jadi harus benar-benar memerlukan orang yang sangat ahli dalam hal ini, bukan hanya sekedar menebaknya saja.
Demikian pendapat saya tentang akuratkah tes psikologi online. Untuk lebih dan kurangnya saya mohon maaf, ini hanyalah pendapat saya semata yang tidak ada maksud apapun kecuali untuk memenuhi tugas salah satu matkul di semester ini.


daftar pustaka: 
http://konselorindonesia.blogspot.co.id/2010/10/sejarah-tes-inteligensi.html

Sabtu, 17 Maret 2018

ASPEK PSIKOLOGIS BAGI PENGGUNA INTERNET BERKAITAN DENGAN MEDIA SOSIAL



Sebelum mengetahui apa aspek psikologis bagi pengguna internet yang berkaitan dengan media sosial, kita perlu mengetahui apa pengertian dari internet dan media sosial. Berikut ulasan  mengenai pengertian dari internet dan media sosial.

Pengertian internet

Di zaman serba modern ini, hampir semua orang telah mengetahui pengertian internet karena dapat dilihat di sekitar kita baik itu anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua pernah menggunakannya. Jadi, apa itu internet? Bagi orang yang awam, mereka akan mengatakan bahwa internet adalah tempat untuk berkomunikasi dengan orang lain baik melalui suara, video, foto, dan tulisan; sebagai tempat mencari informasi, dan lain-lain.
Internet berasal dari bahasa latin yaitu “inter” yang berarti antara. Jadi, apabila digabungkan kata per kata internet adalah jaringan antara atau penghubung. Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana didalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi, mulai dari yang statis hingga yang dinamis dan interaktif. Secara umum, internet adalah serangkaian hubungan jaringan komputer yang dapat diakses secara umum di seluruh dunia, yang mengirimkan data dalam bentuk paket data berdasarkan standar internet protocol (IP). Lebih dalam lagi, internet adalah kumpulan jaringan dari jaringan-jaringan komputer dunia yang terdiri dari jutaan unit-unit kecil, seperti jaringan pendidikan, jaringan bisnis, jaringan pemerintahan, dan lain-lain, yang secara bersama menyediakan layanan informasi seperti email, online chat, transfer file dan saling keterhubungan (linked) antara satu halaman web dengan sumber halaman web yang lainnya. Internet adalah jaringan atau sistem atau jaringan komputer yang saling berhubugan dengan menggunakan sistem Global Transmission Control Protocol/internet protocol suite (TCP/IP) sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol) untuk melayani milyaran pengguna di seluruh dunia. Internet juga biasa dikenal sebagai interconnected-networking (singkatan dari internet)
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan utama internet sebagai media untuk:
a.   Menyebarkan dan memperoleh informasi. Umumnya disajikan dalam bentuk website, informasi dapat berupa teks, grafik, suara, video, atau dalam bentuk file yang dapat di download
b. Berkomunikasi, baik melalui media chatting berbasis teks (IRC), grafik (Yahoo messenger), maupun berkomunikasi suara (Skype), layaknya menggunakan telepon kabel.
c.      Berkirim surat.
d.  Bertukar data, salah satunya dengan menggunakan aplikasi FTP, website, maupun koneksi peer to peer.
e.     Remote login, mampu mengeksekusi komputer dari jauh (telnet)

Pengertian media sosial
http://patrolmedia.co.id/2018/03/11/berantas-akun-anonim-di-media-sosial-kominfo-wacanakan-pakai-sistem-single-identity/

Sama halnya dengan internet, hampir semua orang yang ada di dunia juga mengetahui apa itu media sosial dan bahkan mereka juga pernah atau masih menggunakannya. Di zaman sekarang, kehidupan manusia terbagi menjadi dua bagian, yaitu kehidupan di dunia nyata dan kehidupan di dunia maya. Kehidupan di dunia maya inilah yang disebut dengan kehidupan media sosial. Lalu, apa yang dimaksud dengan media sosial?
            Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”. Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter (sekarang ini ditambakan instagram, “menurut saya”) . Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Sosial media dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar yaitu :
1.     Social Networks, media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi ( Facebook, myspace, hi5, Linked in, bebo, dll)
2.   Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan obrolan dan diskusi (google talk, yahoo! M, skype, phorum, dll)
3.   Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file, video, music, dll (youtube, slideshare, feedback, flickr, crowdstorm, dll)
4.      Publish, (wordpredss, wikipedia, blog, wikia, digg, dll)
5.  Social game, media sosial berupa game yang dapat dilakukan atau dimainkan bersama-sama (koongregate, doof, pogo, cafe.com, dll)
6.      MMO (kartrider, warcraft, neopets, conan, dll)
7.      Virtual worlds (habbo, imvu, starday, dll)
8.      Livecast (y! Live, blog tv, justin tv, listream tv, livecastr, dll)
9.      Livestream (socializr, froendsfreed, socialthings!, dll)
10.  Micro blog (twitter, plurk, pownce, twirxr, plazes, tweetpeek, dll)

Aspek  psikologis bagi pengguna internet berkaitan dengan media sosial

            Setelah mengetahui pengertian dari internet dan media sosial, dapat disimpulkan bahwa keduanya merupakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan karena tanpa internet, media sosial tidak akan bisa digunakan. Menurut saya, semua penciptaan media sosial pasti mempunyai tujuan yang baik bagi penggunanya misalkan dapat mempererat hubungan jarak jauh dengan orang lain, menghibur penggunanya, bersosialisasi, dan banyak manfaat positif lainnya. namun ada beberapa orang atau oknum yang salah menggunakan tujuan dari media sosial ini, sehingga yang muncul adalah dampak negatif dalam dirinya. Dampak positif ataupun negatif dari penggunaan media sosial dapat mempengaruhi aspek psikologis dalam diri penggunannya. Apa saja aspek-aspek itu, berikut beberapa penjelasan dari saya tentang aspek psikologis bagi pengguna internet yang berkaitan dengan media sosial. Dalam hal ini saya lebih menekankan aspek psikologis pada remaja
v  Media sosial dapat membantu remaja menemukan identity nya. Menurut teori Psikososial Erikson, pada usia 12-18, seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk melewati hal tersebut. Di media sosial, remaja yang memiliki minat yang sama dengan yang lain, maka dia akan bergabung dalam sebuah kelompok yang memiliki minat yang sama itu. Di dalam kelompok itu mereka akan lebih banyak membicarakan tentang minat dan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik. Hal inilah yang dapat membentuk identity pada diri remaja tersebut. Contohnya: saya pernah diceritakan oleh teman saya kalau dia sedang bergabung di sebuah kelompok yang terdapat di salah satu media sosial, dimana kelompok tersebut terdiri dari mahasiswa maupun alumni yang tertarik dengan dunia psikologi. Dia mengetahui kelompok ini dari saudaranya yang lebih dulu bergabung. Katanya di kelompok tersebut mereka membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan psikologi. Setiap orang mempunyai hak untuk menambahkan maupun memberi saran, dari dianya sendiri juga mendapatkan banyak manfaat dari bergabungnya ke kelompok itu. Menurut saya dia sudah menemukan apa yang menurut dia bisa dan mampu untuk dilakukan.
v  Media sosial merupakan tempat pengungkapan diri yang baik. Maksud dari pengungkapan diri yang baik adalah bisa berupa status pada media sosialnya dimana dia ingin agar semua orang tahu kalau sedang mendapatkan sesuatu yang baik. Dia merasa lebih baik diberitahukan ke media sosialnya dibandingkan ke orang sekitar karena mungkin saja di sekitarnya pun tidak peduli dengan apa yang didapatkannya, sehingga menurut dia kalau di media sosial pasti ada yang akan membaca statusnya tersebut. Dalam hal ini bisa berdampak positif karena menurutnya dia telah mengungkapkan dirinya dengan baik sehingga bisa mendapatkan pujian dari teman-teman media sosialnya, namun bisa juga berdampak buruk karena dia akan semakin tidak ingin bersosialisasi dengan orang lain karena ketidakpedulian orang lain itu kepadanya.
v  Postingan media sosial dapat mempengaruhi mood seseorang dan sebagai penghibur untuk penggunanya. Pernahkah kalian saat sedang bersedih atau marah lalu melihat sebuah postingan lucu atau menarik di media sosial dan membuat perasaan kalian menjadi lebih tenang? Saya pernah dan bahkan sering sekali mengalami hal ini. Misalnya waktu itu saya sedang bersedih karena suatu hal, lalu saat saya membuka media sosial saya, saya melihat video bayi yang sedang diajarkan mengaji oleh ibunya dan dengan lucunya dia mengulangi apa yang dikatakan ibunya walaupun ada beberapa kata yang salah, saya langsung tersenyum dan tertawa ketika mendengar suara tawa bayi itu, perasaan saya jadi sedikit lega walaupun kesedihan yang tadi tetap masih ada, tapi setidaknya saya bisa sedikt terhibur.
v  Media sosial dapat mengurangi stress bagi cowok maupun cewek. Melalui media sosial kita akan dapat mengunggah postingan yang menarik bagi kita serta dapat menikmati foto dan video yang disukai. Untuk cowok, misalnya tentang dunia bola atau olahraga lainnya, musik yang disukai dan lain-lain, sedangkan untuk cewek bisa tentang fashion, musik (kpop misalnya), dan lain-lain. Hal ini mungkin tidak bisa menghilangkan stress yang dialami karena aktivitas beratnya sehari-hari, namun mungkin bisa mengurangi stress yang dirasakannya,
v  Media sosial menyebabkan seseorang menjadi individualisme. Seorang remaja yang lebih sering menggunakan media sosial di sehari-harinya akan membentuk seseorang yang individualisme, mereka jadi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya dan hanya fokus pada gadget mereka misalnya, karena di dalam gadget tersebut dia mempunyai dunia nya sendiri. Contohnya : saya mempunya teman yang setiap hari tidak pernah lepas dari gadgetnya, matanya selalu melihat ke arah layar gadget. Setiap memanggil namanya kita harus memanggilnya bisa lebih dari 5 kali. Saat menoleh pun dia tidak tau dengan apa yang kita bicarakan sebelumnya dan selalu mengatakan”kenapa?”, padahal waktu sebelum memanggil itu kami sudah memberikan sebuah pertanyaan ke dia tapi tidak didengarkan karena dia asik dengan dunianya sendiri.

http://shuneo.net/lifestyle/media-sosial-yang-berujung-pada-individualisme/

v  Media sosial membuat seseorang iri hati dan gengsi. orang-orang yang menggunakan media sosial pasti lebih banyak memposting tentang keberhasilan atau kesuksesan yang dia dapat, walaupun ada juga tentang kesedihannya. Hal itu karena dia tidak akan memposting sesuatu yang menyebabkan dirinya sendiri merasa malu dan gagal, inilah yang disebut gengsi. Keberhasilan atau kesuksesan itu seperti mendapat juara, bisa jalan-jalan ke luar negeri, mempunyai pacar idaman, orang tua yang selalu ada, dan lain-lain. Hal itulah yang bisa menyebabkan orang lain iri terhadap orang yang memposting hal tersebut.

http://intisari.grid.id/Wellness/Psychology/Hati-Hati-Iri-Karena-Posting-An-Orang-Lain-Di-Facebook-Bisa-Bikin-Kesehatan-Mental-Terganggu

v  Perilku di media sosial berbeda dengan di dunia nyata. Ada beberapa orang yang sangat aktif, cerewet, sigap, dan tegas di media sosial namun dalam dunia nyata dia ternyata adalah seorang yang pemalu dan jarang bicara. Hal ini karena menurutnya lebih nyaman berkomunikasi melalui media sosial daripada secara langsung yang harus bertatap muka. Bisa saja sebaliknya, di media sosial dia jarang sekali memposting atau mengomentari sesuatu tetapi di dunia nyata dia bukanlah orang yang pemalu. Banyak contoh dari pernyataan ini, misalkan lagi di media sosial dia mempunyai banyak teman namun di dunia nyata dia hanya mempunyai 1 teman atau sebaliknya; dan lain-lain.

https://www.slideshare.net/SandeepGupta159/social-media-vs-social-life

v  Mempengaruhi kualitas tidur. Siapa disini yang kalau bermain media sosial sampai tidak tidur tau-taunya sudah jam 4 subuh? Ini nih yang paling banyak dilakukan remaja (termasuk saya) remaja-remaja yang senang melakukan kegiatan online hingga larut malam akan lebih rentan terpengaruh oleh resiko kesehatan. Bukan hanya kesehatan secara fisik, secara mental dan psikologisnya jua terganggu.
https://www.hindustantimes.com/fitness/excessive-social-media-use-reduces-sleep-among-children/story-y4sJeafdFtOM8wJsxz1fnM.html


Saran:
Agar media sosial yang kita gunakan tidak membawa dampak negatif buat kita baik secara fisik maupun psikologis, maka ada beberapa yang bisa kita lakukan: (tips dari saya)
1.      Mengatur waktu kapan kita bisa membuka media sosial kita. Misalkan: selesai makan siang, selesai beres-beres, atau selesai belajar (intinya mah selesai beraktivitas yang penting dulu yaa)
2.      Mengatur batas maksimal penggunaannya. Hal ini berguna agar kita tidak kecanduan menggunakan media sosial dan bisa melakukan kegiatan selanjutnya sesuai jadwal
3.      Saat mulai merasa kecanduan, segera alihkan ke hal-hal atau aktivtas yang bermanfaat. Misalkan: olahraga (ringan juga boleh)
4.      Jika kamu adalah orang yang jarang sekali bersosialisasi dengan sekitar namun lebih banyak di media sosial, maka segeralah ubah kebiasaan itu karenakita jadi bisa lebih peka terhadap sekitar kita

Sebenarnya masih banyak lagi aspek-aspek psikologis bagi pengguna internet yang berkaitan dengan media sosial, namun hanya ini yang bisa saya paparpakan. Untuk kelebihan dan kekurangannya saya mohon maaf dan terima kasih telah membaca postingan kali ini.





Daftar pustaka:
Yuhefizar. 2008. 10 Jam Menguasai Internet teknologi dan aplikasinya. Jakarta:
Elex Media Komputindo
Anhar. 2016. Panduan bijak belajar internet untuk anak. Jakarta: Adamssein Media
Cahyono, AS. 2016. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Di Indonesia. Hal 142. Diambil dari: www.jurnal-unita.org/index.php/publiciana/article/download/79/73\