Rabu, 30 Mei 2018

PERILAKU PROSOSIAL DALAM BERINTERNET



            Di zaman yang serba modern ini, kita tidak bisa dipisahkan dengan internet, hampir semua yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan internet mulai dari berkomunikasi, mencari berita atau informasi, berkirim surat, belanja, bepergian, sampai hiburan. Saking modernnya, internet bahkan sudah dikenal oleh semua orang, baik itu anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. Tahukah kamu ternyata dalam berinternet kita juga melakukan atau bahkan melihat perilaku prososial baik secara langsung maupun tidak langsung? Di penulisan kali ini, akan dibahas tentang perilaku prososial dalam berinternet. Tapi sebelum itu kita harus tau dulu pengertian dari prososial. Apa itu prososial? Kita sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri pasti membutuhkan bantuan orang lain, pernah terbayangkan saat anda dilahirkan, siapa orang yang sangat berjasa dalam membantu kamu untuk bisa melihat dunia? Jawabannya adalah IBU, bayangkan saja jika ibu tidak mendorong kita keluar dengan sekuat tenaga, apakah kita bisa keluar? (hal ini berlaku untuk persalinan normal), dan tentu saja ada beberapa orang lagi yang membantu kita. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa kita pasti membutuhkan bantuan orang lain dari saat kita lahir sampai meninggal. Dan ada hukum dimana, jika kita ingin ditolong orang maka kita juga harus bisa menolong orang lain. Perilaku tolong-menolong inilah yang disebut dengan perilaku prososial (prosocial behavior).

            Menurut Penner dkk (2005), Perilaku prososial merupakan perilaku yang memiliki tujuan untuk menguntungkan orang lain. Perilaku prososial merupakan semua jenis tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain selain diri sendiri, seperti bekerja sama, berbagi, dan menghibur (Batson, dalam Sanderson, 2011). Lebih lanjut, Perilaku prososial adalah perilaku baik yang memberikan kesejahteraan sosial. Hal ini bisa bermacam dari perilaku altruistik (sukarela), menjadi murah hati (seperti memberikan uang atau darah), atau perilaku sejenis lainnya (Bierhoff, 2002). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah semua perilaku yang terdiri dari kerja sama, berbagi, menghibur, altruistik, murah hati, dan lain-lain yang tujuannya adalah untuk menguntungkan orang lain. Seiring dengan perkembangan teknologi, konteks perilaku prososial tidak hanya terlihat dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mampu menghadirkan pola perilaku prososial di dunia maya atau di dunia internet. Apakah perilaku prososial di dunia nyata dengan di internet sama? Menurut saya, iya sama karena Perilaku prososial di dunia maya adalah cerminan diri sesungguhnya dari kehidupan prososial dalam kehidupan nyata, hanya saja dampak positif dan negatif nya lah yang mungkin bisa dibedakan. Lalu apakah bentuk-bentuk perilaku prososial dan contohnya dalam berinternet? Berikut bentuk-bentuk perilaku prososial yang dikemukakan oleh Wispe (dalam Bierhoff, 2002):
1.    Simpati (Sympathy). Perilaku yang didasarkan atas perasaan positif terhadap orang lain, sikap peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain.
Contoh: sebuah postingan di salah satu akun instagram memperlihatkan video dimana terdapat seorang laki-laki berbaju hitam yang duduk di atas pembatas jalan arus kiri dan kanan sambil kedua tangannya memegang setumpuk kertas (koran) yang akan dijual. dan beberapa komentar orang-orang yang bersimpati terhadapnya
2.    Kerjasama (Cooperation). Kerjasama diartikan bahwa setiap orang mampu dan ingin bekerjasama dengan orang lain, meski bukan untuk keuntungan bersama.
Contoh: menurut saya, contohnya seperti belanja online. Terjadinya kerja sama antara pembeli dan penjual karena keuntungan yang didapatkan masing-masing, pembeli dengan keuntungannya mendapatkan barang yang diinginkan sedangkan penjual keuntungannya berupa mendapatkan uang dan testimoni dari pembeli sehingga banyak yang mau belanja di situsnya
3.    Membantu (Helping). Perilaku mengambil bagian atau membantu urusan orang lain sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya.
Contoh: terdapat beberapa contoh yang pernah saya lihat di media sosial, misalnya ada orang yang meminta tolong untuk menyebarkan foto orang terdekat mereka yang hilang, disitu para pengguna sosial media membantu menyebarkan foto tersebut agar jangkauan pencariannya juga semakin luas. Ada juga foto/video yang berisi tentang seorang penjual yang sudah lansia namun dagangannya tidak laku setiap harinya, di keterangannya juga tertera alamat atau tempat penjual tersebut biasanya berada, dan akhirnya ada beberapa orang yang melihat postingan itu ikut membantu penjual tersebut dengan cara membeli dagangannya.
4.    Berderma (Donating) Merupakan perilaku memberikan hadiah atau sumbangan kepada orang lain, biasanya berupa amal.
Contoh: sudah banyak contoh yang menunjukkan perilaku prososial dalam bentuk berdonasi (berdema), misalnya donasi Indonesia untuk Palestiina, donasi untuk anak-anak penderita kanker, dan lain-lain.
5.    Suka menolong (Altruisme) Mengambil bagian untuk menolong orang lain, yang dilakukan tanpa pamrih, dan biasanya dalam bentuk menyelamatkan orang lain dari ancaman bahaya.
Contoh: perilaku prososial dalam bentuk altruisme biasanya terlihat dari video atau foto penyelamatan terhadap korban-korban bencana yang tersebar di internet
            Dilihat dari bentuk-bentuk perilaku prososial yang ada  di atas, dampak positif yang dapat diperoleh yaitu:
  1. Dengan bantuan internet, informasi mengenai orang yang membutuhkan bantuan dengan cepat tersebar dan dilihat oleh para penggunanya
  2. Pemberian bantuan berupa donasi pun lebih efisien karena penyebarannya cepat meluas ke masyarakat
  3. Jika ada suatu bencana, orang-orang bisa dengan cepat mengetahui lokasi kejadian 
  4. Simpati dan doa yang disampaikan dapat memberi semangat bagi orang yang membutuhkan bantuan
  5. Dengan penyebaran foto atau video tentang lokasi kejadian, orang-orang menjadi tergerak untuk membantu

Namun, selain memiliki dampak positif, terdapat juga dampak negatif terhadap perilaku prososial dalam berinternet, yaitu:
  1. Beberapa orang langsung mempercayai berita atau informasi yang beredar tanpa mencari tahu yang sebenarnya 
  2. Karena tanpa mencari tahu yang sebenarnya, informasi yang salah (hoax) pun dengan cepat tersebar
  3. Orang-orang lebih merasakan simpati di dunia internet dibandingkan dengan dunia nyata
  4. Adanya oknum-oknum tertentu yang membuat pemberitahuan palsu untuk keuntungan, penerima donasi yang tidak jelas, dan lain-lain

daftar pustaka:
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00424-PS%20Bab2001.pdf 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar