Kamis, 31 Mei 2018

CYBER CHEATING DAN CYBER FLIRTING


Internet yang telah mendominasi hidup di zaman serba modern ini pun bisa saja menimbulkan keresahan ddan ketakutan akan sesuatu, karena tidak semua orang bijak dalam menggunakan internet. ada beberapa orang yang memanfaatkan internet utuk kejahatan atau kepuasan untuk dirinya sendiri. Beberapa kejahatan atau keburukan pada dunia internet seperti yang akan dibahas kali ini adalah cyber cheating dan cyber flirting.

Cyber Cheating
            Dapat dikatakan sebagai cyber cheating adalah ketika pasangan kita atau diri kita sendiri, melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan hubungan secara emosional ataupun seksual dengan orang lain selain pasangannya, atau yang biasanya disebut dengan perselingkuhan. Bedanya dengan dunia nyata adalah cyber cheating merupakan perselingkuhan yang terjadi di dunia maya atau dengan bantuan internet, jadi hubungan atau interaksi yang dilakukan adalah melalui virtual. Masalahnya adalah ada sekitar 60% orang yang tidak merasa bahwa interaksi virtual ini adalah perselingkuhan, mereka sangat yakin dan merasa bahwa mereka sangat berkomitmen dengan pasangannya sehingga tidak terjadi perselingkuhan tersebut.
CONTOH:

Pengguna Media Sosial Banyak yang Selingkuh

Oleh Iskandar pada pada 04 Jul 2014, 07:26 WIB
Liputan6.com, Menurut sebuah penelitian, seseorang yang kerap menggunakan media sosial, sekitar 32 persen di antaranya lebih cenderung berpikir untuk meninggalkan pasangannya. Para peneliti dari Boston University menemukan korelasi antara penggunaan media sosial, masalah perkawinan, dan perceraian.

Peneliti menyimpulkan bahwa Facebook merupakan salah satu penyebab meningkatnya perceraian suami-istri. Penelitian yang dipimpin oleh James E. Katz di College of Communication ini membandingkan tingkat perceraian suami-istri di 43 negara antara tahun 2008 dan 2010.

Untuk mengetahui 'penetrasi Facebook', Katz bersama dua orang penulis menghitung jumlah akun Facebook dan dibagi dengan populasi di suatu negara. Para peneliti menemukan bahwa peningkatan 20 persen pengguna Facebook di tiap negara dapat dikaitkan dengan pertumbuhan tingkat perceraian sebesar 2,18 persen.

Ketika penulis menghitung variabel status pekerjaan, usia, dan ras, korelasinya tetap konstan. Mereka menemukan bahwa korelasi bisa menjadi prediktor signifikan dari angka perceraian. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (4/6/2014).

"Studi ini melihat data untuk memahami perilaku manusia yang dipengaruhi oleh teknologi komunikasi, khususnya teknologi yang berbasis mobile," kata Katz.

Para peneliti juga memeriksa data yang dikumpulkan pada tahun 2011 oleh University of Texas di Austin, yang meminta 1.160 orang menikah di usia 18-39 tahun bercerita tentang keharmonisan rumah tangga mereka.

Orang yang tidak menggunakan media sosial, 11,4 persen di antaranya lebih merasa bahagia dengan pernikahannya dibandingkan dengan orang yang menggunakan media sosial. Sementara para pengguna media sosial, 32 persen di antaranya cendurung tidak betah di rumah dan berpikir untuk meninggalkan pasangannya.

Meskipun beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa Facebook dan situs media sosial lainnya membuat orang lebih sering berbohong, para peneliti menyimpulkan bahwa pria dan wanita yang mengalami masalah pernikahan, kerap memperoleh dukungan emosional dari media sosial.

Pun demikian, banyak pasangan suami-istri yang menjadi korban akibat penggunaan Facebook. Lynn France, seorang ahli terapi okupasional dari Cleveland, Ohio terkejut ketika ia melihat foto suaminya, John, menikah dengan orang lain di Facebook.


Cyber Flirting
            cyber flirting merupakan perilaku merayu yang mana terjadi di dunia maya dengan bantuan internet. flirting dapat dikatakan sebagai kejahatan apabila pelaku flirting menggunakan kata-kata yang tidak pantas atau menggunakan identitas palsu sehingga pelaku dengan bebas dapat melakukan aksinya (merayu).
CONTOH:

Waspada Scammer Cinta Giatkan Kesadaran di Medsos

Bayu Marhaenjati / YUD Rabu, 11 Mei 2016 | 18:29 WIB
Jakarta - Fenny Fatimah alias Feydown (59) dan Retno Widati (62), geram ketika membaca sebuah berita tentang penipuan terhadap seorang perempuan melalui media sosial (medsos) Facebook. Modus pelaku membuat akun Facebook dengan nama palsu dan memasang foto pria tampan. Kemudian berkenalan, bercanda, dan mulai merayu korban.
Seiring waktu berjalan, komunikasi lewat dunia maya dan telepon makin intens. Rayuan pun kian memabukan. Korban yang rindu perhatian, akhirnya terbuai bualan.
Sejurus kemudian, pelaku meminta foto korban sebagai tanda cinta. Mulai dari foto setengah telanjang hingga bugil.
Ketika foto sudah dalam genggaman, rayuan manis berubah menjadi ancaman. Pelaku menggunakan foto itu sebagai senjata untuk memeras korban. Kalau tidak mau memberikan uang, foto akan disebar.
Korban ketika itu mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Dan, pelaku masih bebas berkeliaran di luar karena korban malu melapor polisi.
Atas dasar itu, dua sahabat ini, kemudian membuat sebuah fanpage Facebook "Waspada Scammer Cinta" (WSC) medio tahun 2012 lalu. Disusul, grup Facebook Komunitas Satu Hati (KSH). Tujuannya, menolong para korban hingga menelusuri siapa pelakunya.
"Kami geram kalau mengetahui ada korban penipuan seperti itu. Makanya kami buat WSC dan KSH di Facebook untuk memberikan informasi, kasih arahan dan mengingatkan para korban agar tidak tertipu. Kami berdua adminnya. Kami ingin membela wanita Indonesia. Dunia maya itu bisa digunakan untuk hal positif, bisa juga negatif," ujar Fenny kepada Beritasatu.com, Rabu (11/5).
WSC dipakai untuk menampung keluhan korban yang tertipu. Mereka bisa berkomunikasi dengan Fenny dan Retno melalui pesan khusus yang hanya dapat dibaca dan dilihat admin sehingga kerahasian terjaga.
Cerita-cerita yang didapat, kemudian diolah atas persetujuan korban -biasanya nama korban disamarkan- untuk dibagikan ke KHS agar dapat menjadi masukan dan pembelajaran bagi anggota dan masyarakat. KSH juga membuat diskusi dan acara-acara sosialisasi terkait penipuan di medsos, di tengah masyarakat.
Banyak member yang setelah membaca, mencari tahu sampai terbuka siapa pelakunya. Kalau sudah ketahuan pelakunya, tinggal bagaimana korban. Apakah mau diteruskan ke jalur hukum atau tidak.
"Tapi kebanyakan, korban tidak mau. Karena malu sudah kasih foto bugil. Selain itu, takut keluarganya pada tahu," ungkapnya.
Scammer internasional, biasanya bermodus memasang foto pria menggenakan baju tentara Amerika, berkenalan dengan korban sampai pacaran. Selanjutnya, pelaku yang kebanyakan berasal dari benua Afrika itu pura-pura mengirimkan barang untuk sang kekasih. Namun, barang itu tertahan di bandara dengan alasan masalah pajak.
"Lalu minta uang sama korban untuk mengurus permasalahan di bandara, supaya barang itu bisa keluar. Padahal, dia tidak pernah mengirimkan barang apa pun," katanya.
Sementara itu scammer Indonesia, biasanya memasang foto pria tampan pakai baju tentara, polisi, pramugara, dan lainnya. Kemudian, menawarkan cinta.
"Ketika sudah dekat, pacaran, minta dikirim foto bugil sebagai tanda cinta. Kemudian, minta uang. Kalau disetop, foto disebar atau dibuat akun palsu dengan foto-foto itu. Jahat sekali mereka," jelasnya.
Ada 300-an foto-foto polisi, tentara, dan pramugara yang sering dipakai pelaku untuk melakukan penipuan. "Saya sudah ingatkan di WSC, ini foto siapa. Hati-hati foto ini dipakai buat penipuan," katanya.
Sementara itu, Retno menyampaikan, tenaga kerja wanita (TKW) paling banyak menjadi korban. Namun, ada juga yang sarjana dan berprofesi sebagai pengusaha serta dokter.
"Korbannya sangat banyak, hingga saat ini bisa ratusan jumlahnya. Ada TKW (Tenaga Kerja Wanita), pengusaha, pegawai, bahkan dokter. Jadi ini bukan karena tinggi-rendah pendidikan, tapi karena kecerdasan logika dan situasi," katanya.
Pelakunya, tambah Retno, ada yang berprofesi sebagai juru parkir, pedagang tahu Sumedang, namun kebanyakan merupakan narapidana.
"Saya pernah telusuri ternyata pelakunya tukang parkir di Makassar. Kasihan, korbannya ini kebanyakan TKW. Bahkan, ada yang sampai bunuh diri minum cairan pembersih lantai karena tidak kuat. Mereka kerja keras mencari uang, diperas uangnya sama pelaku," ucapnya.
Foto dua orang kerabat Retno yakni, Kapten Abu Bastian dan Agung Permana yang berprofesi sebagai aparat, juga dipakai pelaku untuk melakukan penipuan.
"Kebetulan, dua orang aparat itu saudara saya sendiri. Pertama Abu Bastian dan Agung Permana. Foto-foto mereka dipakai untuk melakukan penipuan. Tukang parkir di Makassar itu, pakai nama dan foto Abu," jelasnya

           
daftar pustaka:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar