Kamis, 31 Mei 2018

APLIKASI JODOH ONLINE


                Dengan adanya internet, maka tidak heran jika apapun yang akan kita inginkan dan lakukan dapat dengan cepat dan mudah dilaksanakan. Tak terkecuali dalam hal mencari jodoh. Sekarang ini, ada beberapa orang dimanapun berada tertarik menggunakan aplikasi jodoh online, karena menurut mereka aplikasi tersebut akurat dan mudah dalam mencari jodoh mereka. Mereka tidak perlu lagi pergi keluar rumah untuk mencari pasangan idaman, tidak perlu lagi menghabiskan uang, waktu, dan tenaga untuk mencari jodoh karena sekarang ini semua serba bisa, termasuk jodoh. Mereka hanya perlu memasukkan data diri, foto, informasi tentang mereka, dan pasangan idaman yang diinginkan, lalu sisanya adalah tugas dari aplikasi itu sendiri yang mencari pasangan yang cocok satu sama lain.
Berikut merupakan cerita dari pasangan yang berhasil dalam mencari jodoh mereka melalui aplikasi jodoh online:

Seperti kisah Fira dan Firza yang saling match (istilah di Tinder yang berarti sama-sama cocok) karena punya hobi yang sama. Awal mula mereka berkenalan karena saling menyukai Star Wars. Menurut Fira, ia belum berminat untuk cari pacar saat itu karena baru putus cinta. Tinder hanya sarana yang ia gunakan saat sedang jenuh. Suatu ketika ia menemukan Firza yang dilihat profilnya juga menyukai Star Wars.

"Kita nyambung bukan hanya sering obrolin Star Wars, tapi kita juga suka The Beatles. Dan lucunya dia tahu horoskop jadi kita bisa ngobrol panjang," ujar wanita yang bekerja sebagai fashion stylist itu kepada Wolipop, Jumat (16/1/2015). 

Setelah itu, mereka janjian untuk bertemu di sebuah restoran. Tidak ada perasaan kaku atau tegang layaknya orang yang akan bertemu dengan pria incaran, Fira mengaku saat itu merasa santai dan cuek karena menganggap Firza layaknya teman. "Pas ketemu asik banget. Kita saling cela-celaan. Dia manggil aku 'mbek' karena aku kan Capricorn. Hari itu, kita ngobrol dari siang sampai malem, nggak ada rasa bosan dan canggung," urai Fira. 

Tak butuh waktu lama, untuk keduanya penjajakan. Fira juga tidak menyangka akan menemukan kekasih dengan cepat dan mudah berkat Tinder. Lucunya, wanita 24 tahun itu tidak pernah mendengar Firza mengajukan pertanyaan kepadanya untuk jadi pacar, tapi tiba-tiba sudah berstatus pacaran.
"Suatu hari, kita lagi ngobrol di Line, terus ada obrolannya yang bilang 'kita kan pacaran', aneh banget sih. Tapi aku suka sama cara dan perlakuan dia ke aku yang kadang ajaib," tutup wanita yang membuat akun Tinder pada Agustus 2014 itu

            Tak semua pasangan yang lahir dari aplikasi jodoh online berhasil sampai di dunia nyata mereka, berikut merupakan cerita pasangan yang gagal dari aplikasi jodoh online:

Haley kenal dengan Samuel lewat aplikasi cari jodoh online dan menjalin hubungan secara virtual selama dua tahun. Setelah dua tahun hanya bertukar pesan, keduanya kemudian sepakat bertemu di rumah Haley. Pertemuan pertama mereka bukannya berbuah manis, tapi malah berujung bencana.
Haley mengajak Samuel ke sebuah meja di luar rumahnya untuk minum wine bersama. Wanita 26 tahun itu kemudian meminta Samuel menutup mata dan secara tiba-tiba memukulnya tiga kali dengan pemukul baseball di bagian kepala. Akibat insiden ini, Samuel mengalami retak pada tengkoraknya. Haley mengungkapkan pada polisi alasannya memukul pria yang baru ditemuinya itu karena dia tidak ingin jadi kekasihnya setelah melihat Samuel secara langsung.
           

            Dari kedua cerita berbeda diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi jodoh online juga tidak terlepas dari dampak negatif maupun dampak positifnya, yaitu:

Dampak positif:
  1. Menambah teman baru, walaupun tidak mendapat pasangan yang diidamkan, setidaknya kita bisa menambah kenalan-kenalan baru dari aplikasi tersebut
  2. Hemat waktu, tenaga dan biaya, tentu saja dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya daripada harus mencari jodoh melalui dunia nyata. Hemat waku, tidak perlu selalu memikirkan waktu untuk bertemu setiap harinya dengan dia. Hemat tenaga, tidak perlu kesana kemari menemani pasangan. Hemat biaya, tidak perlu mengajak makan ataupun jalan-jalan setiap harinya
  3. Mendapatkan teman dengan hobi yang sama, sebelum kita dipilihkan oleh aplikasi pasangan yang sesuai, kita terlebih dahulu mengisi biodata diri kita misalnya hobi sehingga aplikasi akan mencari teman yang juga memiliki hobi yang sama, walaupun nanti pada akhirnya tidak menjadi pasangan
  4. Mengurangi rasa canggung, malu, dan grogi. Kita tidak perlu bertatap muka dengan calon pasangan sehingga perasaan yang disebutkan di atas dapat dikurangi
  5. Mendapatkan jodoh. Inilah tujuan utama orang-orang ikut bergabung dengan aplikas jodoh online


Dampak negatif:
  1. Identitas yang seperti nama, foto, status, alamat, dan lain-lain bisa saja palsu
  2. Belum tentu langsung mendapatkan jodoh
  3. Sangat mudah sebagai tempat untuk penipuan


Daftar pustaka:


CYBER CHEATING DAN CYBER FLIRTING


Internet yang telah mendominasi hidup di zaman serba modern ini pun bisa saja menimbulkan keresahan ddan ketakutan akan sesuatu, karena tidak semua orang bijak dalam menggunakan internet. ada beberapa orang yang memanfaatkan internet utuk kejahatan atau kepuasan untuk dirinya sendiri. Beberapa kejahatan atau keburukan pada dunia internet seperti yang akan dibahas kali ini adalah cyber cheating dan cyber flirting.

Cyber Cheating
            Dapat dikatakan sebagai cyber cheating adalah ketika pasangan kita atau diri kita sendiri, melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan hubungan secara emosional ataupun seksual dengan orang lain selain pasangannya, atau yang biasanya disebut dengan perselingkuhan. Bedanya dengan dunia nyata adalah cyber cheating merupakan perselingkuhan yang terjadi di dunia maya atau dengan bantuan internet, jadi hubungan atau interaksi yang dilakukan adalah melalui virtual. Masalahnya adalah ada sekitar 60% orang yang tidak merasa bahwa interaksi virtual ini adalah perselingkuhan, mereka sangat yakin dan merasa bahwa mereka sangat berkomitmen dengan pasangannya sehingga tidak terjadi perselingkuhan tersebut.
CONTOH:

Pengguna Media Sosial Banyak yang Selingkuh

Oleh Iskandar pada pada 04 Jul 2014, 07:26 WIB
Liputan6.com, Menurut sebuah penelitian, seseorang yang kerap menggunakan media sosial, sekitar 32 persen di antaranya lebih cenderung berpikir untuk meninggalkan pasangannya. Para peneliti dari Boston University menemukan korelasi antara penggunaan media sosial, masalah perkawinan, dan perceraian.

Peneliti menyimpulkan bahwa Facebook merupakan salah satu penyebab meningkatnya perceraian suami-istri. Penelitian yang dipimpin oleh James E. Katz di College of Communication ini membandingkan tingkat perceraian suami-istri di 43 negara antara tahun 2008 dan 2010.

Untuk mengetahui 'penetrasi Facebook', Katz bersama dua orang penulis menghitung jumlah akun Facebook dan dibagi dengan populasi di suatu negara. Para peneliti menemukan bahwa peningkatan 20 persen pengguna Facebook di tiap negara dapat dikaitkan dengan pertumbuhan tingkat perceraian sebesar 2,18 persen.

Ketika penulis menghitung variabel status pekerjaan, usia, dan ras, korelasinya tetap konstan. Mereka menemukan bahwa korelasi bisa menjadi prediktor signifikan dari angka perceraian. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (4/6/2014).

"Studi ini melihat data untuk memahami perilaku manusia yang dipengaruhi oleh teknologi komunikasi, khususnya teknologi yang berbasis mobile," kata Katz.

Para peneliti juga memeriksa data yang dikumpulkan pada tahun 2011 oleh University of Texas di Austin, yang meminta 1.160 orang menikah di usia 18-39 tahun bercerita tentang keharmonisan rumah tangga mereka.

Orang yang tidak menggunakan media sosial, 11,4 persen di antaranya lebih merasa bahagia dengan pernikahannya dibandingkan dengan orang yang menggunakan media sosial. Sementara para pengguna media sosial, 32 persen di antaranya cendurung tidak betah di rumah dan berpikir untuk meninggalkan pasangannya.

Meskipun beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa Facebook dan situs media sosial lainnya membuat orang lebih sering berbohong, para peneliti menyimpulkan bahwa pria dan wanita yang mengalami masalah pernikahan, kerap memperoleh dukungan emosional dari media sosial.

Pun demikian, banyak pasangan suami-istri yang menjadi korban akibat penggunaan Facebook. Lynn France, seorang ahli terapi okupasional dari Cleveland, Ohio terkejut ketika ia melihat foto suaminya, John, menikah dengan orang lain di Facebook.


Cyber Flirting
            cyber flirting merupakan perilaku merayu yang mana terjadi di dunia maya dengan bantuan internet. flirting dapat dikatakan sebagai kejahatan apabila pelaku flirting menggunakan kata-kata yang tidak pantas atau menggunakan identitas palsu sehingga pelaku dengan bebas dapat melakukan aksinya (merayu).
CONTOH:

Waspada Scammer Cinta Giatkan Kesadaran di Medsos

Bayu Marhaenjati / YUD Rabu, 11 Mei 2016 | 18:29 WIB
Jakarta - Fenny Fatimah alias Feydown (59) dan Retno Widati (62), geram ketika membaca sebuah berita tentang penipuan terhadap seorang perempuan melalui media sosial (medsos) Facebook. Modus pelaku membuat akun Facebook dengan nama palsu dan memasang foto pria tampan. Kemudian berkenalan, bercanda, dan mulai merayu korban.
Seiring waktu berjalan, komunikasi lewat dunia maya dan telepon makin intens. Rayuan pun kian memabukan. Korban yang rindu perhatian, akhirnya terbuai bualan.
Sejurus kemudian, pelaku meminta foto korban sebagai tanda cinta. Mulai dari foto setengah telanjang hingga bugil.
Ketika foto sudah dalam genggaman, rayuan manis berubah menjadi ancaman. Pelaku menggunakan foto itu sebagai senjata untuk memeras korban. Kalau tidak mau memberikan uang, foto akan disebar.
Korban ketika itu mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Dan, pelaku masih bebas berkeliaran di luar karena korban malu melapor polisi.
Atas dasar itu, dua sahabat ini, kemudian membuat sebuah fanpage Facebook "Waspada Scammer Cinta" (WSC) medio tahun 2012 lalu. Disusul, grup Facebook Komunitas Satu Hati (KSH). Tujuannya, menolong para korban hingga menelusuri siapa pelakunya.
"Kami geram kalau mengetahui ada korban penipuan seperti itu. Makanya kami buat WSC dan KSH di Facebook untuk memberikan informasi, kasih arahan dan mengingatkan para korban agar tidak tertipu. Kami berdua adminnya. Kami ingin membela wanita Indonesia. Dunia maya itu bisa digunakan untuk hal positif, bisa juga negatif," ujar Fenny kepada Beritasatu.com, Rabu (11/5).
WSC dipakai untuk menampung keluhan korban yang tertipu. Mereka bisa berkomunikasi dengan Fenny dan Retno melalui pesan khusus yang hanya dapat dibaca dan dilihat admin sehingga kerahasian terjaga.
Cerita-cerita yang didapat, kemudian diolah atas persetujuan korban -biasanya nama korban disamarkan- untuk dibagikan ke KHS agar dapat menjadi masukan dan pembelajaran bagi anggota dan masyarakat. KSH juga membuat diskusi dan acara-acara sosialisasi terkait penipuan di medsos, di tengah masyarakat.
Banyak member yang setelah membaca, mencari tahu sampai terbuka siapa pelakunya. Kalau sudah ketahuan pelakunya, tinggal bagaimana korban. Apakah mau diteruskan ke jalur hukum atau tidak.
"Tapi kebanyakan, korban tidak mau. Karena malu sudah kasih foto bugil. Selain itu, takut keluarganya pada tahu," ungkapnya.
Scammer internasional, biasanya bermodus memasang foto pria menggenakan baju tentara Amerika, berkenalan dengan korban sampai pacaran. Selanjutnya, pelaku yang kebanyakan berasal dari benua Afrika itu pura-pura mengirimkan barang untuk sang kekasih. Namun, barang itu tertahan di bandara dengan alasan masalah pajak.
"Lalu minta uang sama korban untuk mengurus permasalahan di bandara, supaya barang itu bisa keluar. Padahal, dia tidak pernah mengirimkan barang apa pun," katanya.
Sementara itu scammer Indonesia, biasanya memasang foto pria tampan pakai baju tentara, polisi, pramugara, dan lainnya. Kemudian, menawarkan cinta.
"Ketika sudah dekat, pacaran, minta dikirim foto bugil sebagai tanda cinta. Kemudian, minta uang. Kalau disetop, foto disebar atau dibuat akun palsu dengan foto-foto itu. Jahat sekali mereka," jelasnya.
Ada 300-an foto-foto polisi, tentara, dan pramugara yang sering dipakai pelaku untuk melakukan penipuan. "Saya sudah ingatkan di WSC, ini foto siapa. Hati-hati foto ini dipakai buat penipuan," katanya.
Sementara itu, Retno menyampaikan, tenaga kerja wanita (TKW) paling banyak menjadi korban. Namun, ada juga yang sarjana dan berprofesi sebagai pengusaha serta dokter.
"Korbannya sangat banyak, hingga saat ini bisa ratusan jumlahnya. Ada TKW (Tenaga Kerja Wanita), pengusaha, pegawai, bahkan dokter. Jadi ini bukan karena tinggi-rendah pendidikan, tapi karena kecerdasan logika dan situasi," katanya.
Pelakunya, tambah Retno, ada yang berprofesi sebagai juru parkir, pedagang tahu Sumedang, namun kebanyakan merupakan narapidana.
"Saya pernah telusuri ternyata pelakunya tukang parkir di Makassar. Kasihan, korbannya ini kebanyakan TKW. Bahkan, ada yang sampai bunuh diri minum cairan pembersih lantai karena tidak kuat. Mereka kerja keras mencari uang, diperas uangnya sama pelaku," ucapnya.
Foto dua orang kerabat Retno yakni, Kapten Abu Bastian dan Agung Permana yang berprofesi sebagai aparat, juga dipakai pelaku untuk melakukan penipuan.
"Kebetulan, dua orang aparat itu saudara saya sendiri. Pertama Abu Bastian dan Agung Permana. Foto-foto mereka dipakai untuk melakukan penipuan. Tukang parkir di Makassar itu, pakai nama dan foto Abu," jelasnya

           
daftar pustaka:

Rabu, 30 Mei 2018

PLAGIAT DALAM BERINTERNET



Perilaku plagiarisme bukan hanya dilakukan dalam kehidupan dunia nyata, namun di zaman modern ini plagiarisme juga ditemukan di dunia maya atau internet. karena internet dapat menghubungkan orang-orang yang mungkin jaraknya jauh sehingga dengan mudah melakukan perilaku tersebut karena menurut mereka tidak akan diketahui oleh sumbernya. Jadi apa itu plagiarime (perilaku plagiat)? Menurut kamus Oxford advanced learner’s dictionary (Wehmeier; Mcintish; & Turnbull, 2008) Plagiarisme sebagai praktik mengambil pekerjaan atau ide orang lain dan menyampaikan bahwa pekerjaan atau ide tersebut sebagai karyanya sendiri. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Indonesia, 2008) mengartikan plagiarisme sebagai penjiplakan yang melanggar hak cipta. Lebih lanjut, Norris (2007) mengemukakan bahwa plagiarisme meliputi dua cakupan pengertian. Pertama, plagiarisme berarti menggunakan ide-ide atau kata-kata orang lain tanpa memberikan kredit kepada sumber yang dikutipnya. Kedua plagiarisme dapat dilihat sebagai kegagalan penulis disertasi, esai, atau bentuk-bentuk tulisan lainnya dalam mengakui ide, penelitian, dan bahasa orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa plagiarisme adalah tindakan dimana kita megambil hasil karya orang lain, tidak mengakuinya, tidak mencantumkan sumbernya, dan mengakui bahwa karya tersebut adalah karya diri senidri.
Terdapat beberapa alasan mengapa ada orang yang melakukan plagiarisme, dan menurut saya alasan yang paling mendasar adalah karena tidak adanya ide/karya dan kurang percaya diri terhadap ide/karyanya sendiri, orang yang melakukan plagiarisme bisa saja karena melihat hasil ide/karya orang lain dimana ide/karya tersebut menarik, bagus, dan sesuai dengan apa yang dipikirkannya, namun karena dalam penyampaian ide miliknya tidaklah memuaskan sehingga dia lebih memilih untuk melakukan plagiat, terlebih lagi dia ingin bahwa orang lain tahu kalau karya tersebut adalah hasil dari pemikiran dirinya sendiri sehingga dia tidak mencantumkan sumber karya yang didapatnya.
            Lalu bagaimana perasaan kalian jika tulisan/karya kalian diplagiat oleh orang lain tanpa dicantumkan kredit dan kalian mengetahuinya? Padahal tulisan/karya tersebut merupakan hasil pemikiran dan usaha yang keras dari kalian. Saya pribadi karena belum pernah menulis atau membuat suatu karya yang kemudian disebarkan, sehingga belum bisa diketahui secara pasti apa yang akan saya rasakan. Selama ini tulisan saya berisi kutipan-kutipan dari sumber dan beberapa pendapat dari saya serta contoh yang didapatkan dari kehidupan sehari-hari saya. Namun, saya tahu betul suatu karya yang baik dan bagus membutuhkan pemikiran dan usaha yang keras, bukan secara begitu saja tercipta. Dan dari beberapa artikel yang saya baca, orang-orang yang pernah menjadi korban plagiat merasa sedih, trauma, dan bisa saja stress karena usaha mereka tidak dihargai oleh orang yang melakukan plagiat terhadap karya mereka yaitu dengan tidak mencantumkan sumbernya. Maka dari  itu, saya pribadi setiap kali mengutip dari buku, blog ataupun sumber lainnya, saya selalu mencantumkan kredit dari sumber tersebut, agar orang tahu bahwa tulisan saya juga terdapat karya atau pendapat dari orang lain, beda halnya jika tulisan saya murni berisi pendapat saya dan contoh dalam kehidupan sehari-hari saya.

Daftar pustaka:
Indrianti, E. (2015). Strategi hindari plagiarisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


PERILAKU PROSOSIAL DALAM BERINTERNET



            Di zaman yang serba modern ini, kita tidak bisa dipisahkan dengan internet, hampir semua yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan internet mulai dari berkomunikasi, mencari berita atau informasi, berkirim surat, belanja, bepergian, sampai hiburan. Saking modernnya, internet bahkan sudah dikenal oleh semua orang, baik itu anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. Tahukah kamu ternyata dalam berinternet kita juga melakukan atau bahkan melihat perilaku prososial baik secara langsung maupun tidak langsung? Di penulisan kali ini, akan dibahas tentang perilaku prososial dalam berinternet. Tapi sebelum itu kita harus tau dulu pengertian dari prososial. Apa itu prososial? Kita sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri pasti membutuhkan bantuan orang lain, pernah terbayangkan saat anda dilahirkan, siapa orang yang sangat berjasa dalam membantu kamu untuk bisa melihat dunia? Jawabannya adalah IBU, bayangkan saja jika ibu tidak mendorong kita keluar dengan sekuat tenaga, apakah kita bisa keluar? (hal ini berlaku untuk persalinan normal), dan tentu saja ada beberapa orang lagi yang membantu kita. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa kita pasti membutuhkan bantuan orang lain dari saat kita lahir sampai meninggal. Dan ada hukum dimana, jika kita ingin ditolong orang maka kita juga harus bisa menolong orang lain. Perilaku tolong-menolong inilah yang disebut dengan perilaku prososial (prosocial behavior).

            Menurut Penner dkk (2005), Perilaku prososial merupakan perilaku yang memiliki tujuan untuk menguntungkan orang lain. Perilaku prososial merupakan semua jenis tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain selain diri sendiri, seperti bekerja sama, berbagi, dan menghibur (Batson, dalam Sanderson, 2011). Lebih lanjut, Perilaku prososial adalah perilaku baik yang memberikan kesejahteraan sosial. Hal ini bisa bermacam dari perilaku altruistik (sukarela), menjadi murah hati (seperti memberikan uang atau darah), atau perilaku sejenis lainnya (Bierhoff, 2002). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah semua perilaku yang terdiri dari kerja sama, berbagi, menghibur, altruistik, murah hati, dan lain-lain yang tujuannya adalah untuk menguntungkan orang lain. Seiring dengan perkembangan teknologi, konteks perilaku prososial tidak hanya terlihat dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mampu menghadirkan pola perilaku prososial di dunia maya atau di dunia internet. Apakah perilaku prososial di dunia nyata dengan di internet sama? Menurut saya, iya sama karena Perilaku prososial di dunia maya adalah cerminan diri sesungguhnya dari kehidupan prososial dalam kehidupan nyata, hanya saja dampak positif dan negatif nya lah yang mungkin bisa dibedakan. Lalu apakah bentuk-bentuk perilaku prososial dan contohnya dalam berinternet? Berikut bentuk-bentuk perilaku prososial yang dikemukakan oleh Wispe (dalam Bierhoff, 2002):
1.    Simpati (Sympathy). Perilaku yang didasarkan atas perasaan positif terhadap orang lain, sikap peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain.
Contoh: sebuah postingan di salah satu akun instagram memperlihatkan video dimana terdapat seorang laki-laki berbaju hitam yang duduk di atas pembatas jalan arus kiri dan kanan sambil kedua tangannya memegang setumpuk kertas (koran) yang akan dijual. dan beberapa komentar orang-orang yang bersimpati terhadapnya
2.    Kerjasama (Cooperation). Kerjasama diartikan bahwa setiap orang mampu dan ingin bekerjasama dengan orang lain, meski bukan untuk keuntungan bersama.
Contoh: menurut saya, contohnya seperti belanja online. Terjadinya kerja sama antara pembeli dan penjual karena keuntungan yang didapatkan masing-masing, pembeli dengan keuntungannya mendapatkan barang yang diinginkan sedangkan penjual keuntungannya berupa mendapatkan uang dan testimoni dari pembeli sehingga banyak yang mau belanja di situsnya
3.    Membantu (Helping). Perilaku mengambil bagian atau membantu urusan orang lain sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya.
Contoh: terdapat beberapa contoh yang pernah saya lihat di media sosial, misalnya ada orang yang meminta tolong untuk menyebarkan foto orang terdekat mereka yang hilang, disitu para pengguna sosial media membantu menyebarkan foto tersebut agar jangkauan pencariannya juga semakin luas. Ada juga foto/video yang berisi tentang seorang penjual yang sudah lansia namun dagangannya tidak laku setiap harinya, di keterangannya juga tertera alamat atau tempat penjual tersebut biasanya berada, dan akhirnya ada beberapa orang yang melihat postingan itu ikut membantu penjual tersebut dengan cara membeli dagangannya.
4.    Berderma (Donating) Merupakan perilaku memberikan hadiah atau sumbangan kepada orang lain, biasanya berupa amal.
Contoh: sudah banyak contoh yang menunjukkan perilaku prososial dalam bentuk berdonasi (berdema), misalnya donasi Indonesia untuk Palestiina, donasi untuk anak-anak penderita kanker, dan lain-lain.
5.    Suka menolong (Altruisme) Mengambil bagian untuk menolong orang lain, yang dilakukan tanpa pamrih, dan biasanya dalam bentuk menyelamatkan orang lain dari ancaman bahaya.
Contoh: perilaku prososial dalam bentuk altruisme biasanya terlihat dari video atau foto penyelamatan terhadap korban-korban bencana yang tersebar di internet
            Dilihat dari bentuk-bentuk perilaku prososial yang ada  di atas, dampak positif yang dapat diperoleh yaitu:
  1. Dengan bantuan internet, informasi mengenai orang yang membutuhkan bantuan dengan cepat tersebar dan dilihat oleh para penggunanya
  2. Pemberian bantuan berupa donasi pun lebih efisien karena penyebarannya cepat meluas ke masyarakat
  3. Jika ada suatu bencana, orang-orang bisa dengan cepat mengetahui lokasi kejadian 
  4. Simpati dan doa yang disampaikan dapat memberi semangat bagi orang yang membutuhkan bantuan
  5. Dengan penyebaran foto atau video tentang lokasi kejadian, orang-orang menjadi tergerak untuk membantu

Namun, selain memiliki dampak positif, terdapat juga dampak negatif terhadap perilaku prososial dalam berinternet, yaitu:
  1. Beberapa orang langsung mempercayai berita atau informasi yang beredar tanpa mencari tahu yang sebenarnya 
  2. Karena tanpa mencari tahu yang sebenarnya, informasi yang salah (hoax) pun dengan cepat tersebar
  3. Orang-orang lebih merasakan simpati di dunia internet dibandingkan dengan dunia nyata
  4. Adanya oknum-oknum tertentu yang membuat pemberitahuan palsu untuk keuntungan, penerima donasi yang tidak jelas, dan lain-lain

daftar pustaka:
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00424-PS%20Bab2001.pdf 

DAMPAK GAME ONLINE



Kita hidup di zaman serba modern, dimana hampir semua yang dilakukan ada hubungannya dengan internet, salah satunya adalah game online. Game online terdiri dari dua kata yaitu game dan online. Game identik dengan permainan, dimana kata tersebut sudah sangat tidak asing lagi di telinga kita baik pada orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Online, inti dari pengertiannya adalah secara langsung dengan bantuan internet. Jadi, game online adalah permainan yang dilakukan secara langsung dengan bantuan internet, yang mana bisa dimainkan sendiri atau bersama-sama, karena dengan bantuan internet maka teman bermain yang ikut serta bisa saja merupakan orang yang berada di tempat yang jauh. Untuk penulisan kali ini, saya akan mengemukakan pendapat saya tentang dampak game online bagi anak-anak.
Game online merupakan salah satu jenis hiburan yang akhir-akhir ini sangat diminati oleh anak-anak khususnya. Untuk remaja dan orang dewasa yang meminati game online, bagi saya bukanlah sesuatu yang baru untuk dilihat, karena mereka sudah bisa membedakan apa yang baik dan buruk, WALAUPUN ada beberapa dari mereka yang tidak bertanggungjawab sebagai orang yang bisa saja menjadi panutan dalam bermain game (read: mengeluarkan kata-kata kotor). Untuk itu, seperti yang sudah dikemukakan diatas, saya akan mengemukakan pendapat tentang game online bagi anak-anak, dimana saya melakukan pengamatan kepada tiga orang adik saya, yaitu yang pertama adalah seorang anak SMP berjenis kelamin laki-laki dan dua orang anak perempuan yang masing-masing duduk di kelas dua dan tiga Sekolah Dasar.
Sebelum masuk ke dampak positif dari game online, saya ingin terlebih dahulu mengemukakan dampak negatif yang saya lihat selama pengamatan kepada ketiga adik saya ini, yaitu:
·      kurangnya berinteraksi dengan orang sekitar. Adik laki-laki saya sudah aktif bermain game sejak SD, namun berbeda dengan dulu dimana dia lebih sering bermain game di warnet bersama dengan teman-temannya, sekarang karena teknologi sudah semakin canggih dan bermain game juga sudah bisa menggunakan handphone jadi seiring berjalannya waktu dia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya. Dia hanya keluar kamar ketika makan, mandi atau kegiatan lainnya di kamar mandi, sekolah, dan hanya sedikit interaksi dengan ibu dan adiknya. Kalau untuk dua adik perempuan, mereka selalu bersama-sama setiap saat, jadi saat mereka sedang bermain game mereka juga lebih banyak menghabiskan waktu mereka di dalam kamar, namun karena game nya berada di handphone, jadi aktivitas mereka bukan hanya bermain game, ada beberapa aktivitas lainnya yang berhubungan dengan internet. saat mereka berada di dalam kamar, mereka jarang berinteraksi dengan adik bayi perempuan mereka, kecuali jika sebelumnya ada yang memanggil mereka dan menyuruh untuk bermain dengan adik tersebut. Namun, saat ada yang menjaga adik bayi itu, mereka bergegas kembali ke kamar mereka.
·      Mengeluarkan kata-kata kotor saat bermain. Tidak perlu disebutkan lagi kata-kata kotor apa yang disebutkan oleh mereka. Saya tidak tau pasti darimana mereka melihat orang-orang bermain game sambil mengeluarkan kata-kata kotor, yang saya perkirakan kedua anak perempuan ini mungkin mengikuti kakak laki-laki mereka tersebut. Karena mereka bertiga biasanya bermain bersama di satu ruangan, entah di kamar atau di ruang TV. Pada saat mereka bermain dan mengeluarkan kata-kata kotor dan terdengar, biasanya ditegur langsung oleh ibu mereka, dan jika diulangi lagi mereka diancam akan dimatikan wifi yang sedang mereka pakai
·      Ketergantungan terhadap game online. Ketika diancam akan mematikan wifi, dan tidak dihiraukan, ibu mereka biasanya langsung mematikan wifi tersebut. Adik laki-laki ini menurut saya sudah ketergantungan terhadap game online, karena dia langsung marah ketika wifi dimatikan, bahkan bisa saja mengumpat dan membanting pintu kamarnya, dia tidak peduli apakah itu perbuatan yang benar atau tidak. Pernah suatu ketika, wifi di rumah error, dia malah menyalahkan orang-orang yang ada di rumah karena belum membayar dan katanya hari ini dia harus bermain game (katanya penting). Sedangkan ketergantungan kedua adik perempuan terhadap game online masih biasa saja karena mereka tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh kakak laki-laki mereka, mereka malah mencari aktivitas yang lain
·      Memaksakan kehendak. Semua yang dia (adik laki-laki) mau yang berkaitan dengan game nya harus dituruti jika tidak dia akan merajuk, mengurung diri di kamar, dan sebagainya. Dia pun tau kelemahan ibunya yaitu tidak bisa melihat wajah anaknya yang “asam” alias cemberut. Dia sengaja bolak-balik di depan ibunya dengan menunjukan wajah tersebut yang membuat ibunya menyerah dan mengabulkan keinginannya itu. Dan itu bisa dilakukannya sebulan dua kali. Kalau kedua adik perempuan, tidak terlalu menghiraukan tentang apa yang harus dilakukan untuk game mereka, yang mereka tahu hanya bermain, sekalipun ada pembelian, mereka hanya melakukannya di dalam game nya.
·      Malas dan kurang tidur. Untuk malas, ketiga adik saya mengalaminya, tapi untuk kurang tidur hanya adik laki-laki yang mengalaminya

Adapun dampak positif yang didapatkan oleh ketiga adik saya saat bermain game online, yaitu:
·      Meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Khususnya bahasa inggris, karena kebanyakan game online menggunakan bahasa inggris sebagai keterangannya dan lain-lain, termasuk game yang sering dimainkan oleh ketiga adik saya ini. Ketika kedua adik perempuan mendapatkan kata-kata baru yang tidak dimengerti artinya, mereka lalu bertanya kepada saya. Walaupun biasanya kata-kata tersebut ada hubungannya dengan game, namun untuk anak SD, menurut saya dengan bertambahnya kata-kata dalam bahasa inggris yang dipelajari secara tidak langsung bisa saja meningkatkan mereka dalam mempelajari bahasa asing.
·      Mengurangi stres. Dari hasil wawancara saya dengan adik laki-laki saya (iseng bertanya lebih tepatnya), dia mengatakan, dengan bermain game dapat mengurangi stres yang dialaminya, stres yang dimaksud adalah menerima beberapa kenyataan pahit dalam hidupnya.
·      Menambah teman yang mempunyai hobi yang sama. Adik laki-laki saya mengatakan bahwa saat dia dan teman-teman dia berkumpul, yang mereka bicarakan adalah game jadi saat berkumpul mereka mempunyai pemahaman yang sama dan bisa dibilang “nyambung”

       Dari dampak negatif dan positif yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak dampak negatif yang diterima atau dialami oleh ketiga adik saya dibandingkan dampak positifnya. Khususnya untuk adik laki-laki yang mana pendapat saya diatas diarahkan semua kepadanya baik dampak positif maupun negatifnya.  

       KETERANGAN:
1.      Penulisan diatas murni pengamatan dan pendapat saya tentang dampak yang dialami atau diterima oleh ketiga adik saya, jadi jika ada yang mempunyai pendapat lain, saya menghargainya
2.      Pendapat saya diatas tidak dimasukkan hasil penelitian resmi jadi dampak yang dialami adik saya mungkin saja berbeda dengan yang lain
3.      Menurut saya bukan “game online” nya yang salah, tetapi orang yang memainkannya yang harus bijak dan bertanggungjawab