Rabu, 31 Mei 2017

Persebaran Makhluk Hidup Berdasarkan Iklim

        Kalau diperhatikan, flora dan fauna di  permukaan bumi ini terdapat adanya perbedaan di setiap tempat. Ternyata persebaran makhluk hidup di permukaan bumi tidak merata. Persebaran itu tergantung beberapa faktor salah satunya yaitu perbedaan iklim (klimatik), suhu, curah hujan, kelembaban, dan angin. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap penyebaran makhluk hidup dimana dapat menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya berbeda-beda.  Wilayah-wilayah dengan pola iklim yang ekstrim, seperti daerah kutub yang selalu ditutupi oleh es, atau gurun yang gersang, pasti akan menyulitkan bagi kehidupan suatu organsime. Oleh karena itu, persebaran flora dan fauna pada wilayah tersebut pasti sangat minim baik jumlah maupun jenisnya. Lain halnya dengan wilayah yang beriklim tropis yang merupakan wulayah yang optimal bagi kehidupan flora dan fauna. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka bumi, antara lain dijelaskan sebagai berikut:

1. Suhu 

Suhu adalah parameter yang menggambarkan derajat panas pada sesuatu. Kondisi suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna, karena setiap spesies memiliki persayaratan suhu untuk lingkungan hidup yang ditempatinya. Misalnya, flora dan fauna yang hidup di wilayah kutub memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang berubah tajam antara siang dan malam jika dibandingkan dengan flora dan fauna di wilayah tropis. Dalam suatu ekosistem, suhu dapat mempengaruhi unsur fisik dan fisiologis tubuh hewan. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak ezim, sel, jaringan, organ, serta menguapkan cairan tubuh. Sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim dan pembekuan protoplasma, oleh karena itu pada hewan dan tumbuhan dikenal dengan istilah toleransi suhu. Berdasarkan toleransi suhu, flora dan fauna dapat dikelompokkan menjadi eurythermal, yaitu mampu hidup pada suhu lingkungan dalam kisaran yang luas, dan stenothermal, yaitu mampu hidup pada suhu lingkungan dalam kisaran yang sempit. 

2. Kelembapan udara

Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara dapat berpengaruh secara langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, dan juga ada jenis tumbuhan yang dapat hidup dengan kadar air yang tinggi. Berdasarkan tingkat kelemabapan udara, tumbuhan di bumi dapat dibedakan menjadi:
a. Xerophyta, jenis tumbuhan yang dapat hidup di lingkungan yang kering/gersang, seperti kaktus
b. Mesophyta, jenis tumbuhan yang dapat hidup di lingkungan yang lembab, seperti anggrek
c. Hygrophyta, jenis tumbuhan yang dapat hidup di lingkungan yang basah, seperti eceng gondok
d. Tropophyta, jenis tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap perubahan musim kemarau dan musim hujan, seperti pohon jati

3. Angin

       Angin berfungsi sebagai alat transportasi untuk memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Angin sangat menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi ditribusi air di atmosfer ke beberapa wilayah. Akibatnya, secara alamiah kebutuhan organisme akan air dapat terpenuhi. Selain itu, gerakan angin juga dapat membantu memindahkan benih dan membatu proses penyerbukan beberapa tumbuhan tertentu.

4. Curah hujan

      Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di daerah yang banyak curah hujannya. contohnya: di daerah gurun, hanya sedikit tumbuhan yang dapat hidup, contohnya adalah pohon Kaktus dan tanaman semak berdaun keras. Di daerah tropis banyak hutan lebat, pohonnya tinggi-tingi dan daunnya selalu hijau.


Daftar pustaka :
Geografi: membuka cakrawala dunia. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama


perkembangbiakan seksual dan aseksual

       Berkembang biak merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan dan mempertahankan kelestarian jenisnya. Perkembangbiakan atau reproduksi pada makhluk hidup terbagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan seksual (generatif) dan perkembangbiakan aseksual (vegetatif), berikut penjelasannya:

Perkembangan Seksual (Generatif)

        Perkembangan seksual merupakan proses bertemunya  dua individu dengan jenis kelamin yang berbeda, atau bertemunya sel ovum dan sel sperma yang disebut dengan proses pembuahan. Kedua sel kelamin bersatu membentuk suatu sel yang disebut dengan zigot. Salah satu makhluk hidup yang sudah pasti menggunakan reproduksi ini adalah manusia. 
     Berbeda dengan manusia, reproduksi seksual pada hewan terbagi berdasarkan pada tempat terjadinya fertilisasi yaitu secara internal (di dalam tubuh) seperti mamalia dan secara eksternal (di luar tubuh) seperti ikan dan katak. Berdasarkan proses perkembangan embrionya dibedakan menjadi ovipar (bertelur), vivipar (melahirkan), dan ovovivipar (bertelur dan melahirkan). Pada hewan ovipar,pembuahan sel telur dan perkembangan embrio terjadi diluar tubuh induk misalkan pada hewan jenis unggas,ikan, dan amfibi. Hewan vivipar mengalami pembuahan sel telur dan perkembangan embrio di dalam tubuh induk seperti pada hewan jenis mamalia. Sedangkan hewan ovovivipar, pembuahan terjadi di dalam tubuh induk, tetapi telur yang telah terbuahi akan dikeluarkan dan embrio berkembang di dalam telur sampai dewasa seperti hiu, ular boa, dan kadal. 

perkembangbiakan pada ovipar

hewan yang termasuk dalam kelompok vivipar
perkembangbiakan ovovivipar pada buaya

        Pada tumbuhan, organ seksual yang dipakai tumbuhan berbiji berupa bunga. Tumbuhan berbiji berkembang biak secara seksual melalui tahap pembentukan gamet, penyerbukan putik oleh benang sari, dan pembuahan. Penyerbukan merupakan tahap yang penting dalam perkembangbiakan tumbuhan berbiji. Agar benang sari sampai ke putik, tumbuhan mengembangkan adaptasi yang berbeda-beda, yaitu Anemogami, penyerbukan yang dibantu oleh angin. Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh angin, cenderung memiliki serbuk sari yang banyak dan ringan. Contoh : jagung dan rumput. Hidrogami, penyerbukan yang dibantu oleh air. Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh air adalah tumbuhan air. Contoh tumbuhan paku air.  Zoidiogami, penyerbukan yang dibantu oleh hewan, dibagi lagi menjadi penyerbukan yang dibantu serangga (entomogami), dan penyerbukan yang dibantu oleh burung (ornitogami).


penyerbukan anemogami


penyerbukan hidrogami

penyerbukan zoidiogami


Perkembangbiakan Aseksual (vegetatif)

        Perkembangan aseksual merupakan proses reproduksi tanpa adanya peleburan antara sel kelamin jantan dan betina, tanpa melibatkan alat reproduksi sehingga tidak terjadi proses fertilisasi atau pertemuan antara gamet jantan dan gamet betina. Biasanya yang mengalami perkembangbiakan secara aseksual adalah tumbuhan dan hewan yang tidak memiliki tulang belakang. 
      Reproduksi aseksual pada hewan ada lima jenis, yaitu pembelahan biner, terjadi pada makhluk hidup uniseluler, yaitu dari golongan Monera dan Protista. Pada pembelahan biner, dari satu individu membelah secara langsung menjadi dua sel anak contohnya pada cacing pita (Taenia sp). Pembelahan ganda, yaitu pembelahan berulang, sehingga dalam sekali pembelahan dari satu individu dapat dihasilkan lebih dari dua individu. Contoh hewan yang dapat melakukan pembelahan ganda adalah Plasmodium. Pembentukan tunas, yaitu pembentukan tunas kecil yang serupa dengan induk. Tunas ini kemudian memisahkan diri dan menjadi individu baru. Contohnya pada Hydra, ubur-ubur pada saat berbentuk polip. Regenerasi, individu baru terbentuk dari bagian tubuh induk yang terbagi-bagi/terputus baik sengaja atau tidak. Setiap bagian tumbuh dan berkembang membentuk bagian yang belum ada sehingga menjadi  individu baru yang utuh. Contoh hewan yang melakukan reproduksi secara regenerasi adalah cacing tanah. Partenogenesis, individu baru terbentuk dari telur yang tidak dibuahi. Hewan yang mengalami partenogenesis adalah serangga, misalnya lebah madu.

pembelahan biner
pembelahan ganda
pembentukan tunas

regenerasi

partenogenesis


        Perkembangbiakan pada tumbuhan dapat dibagi menjadi 2 yaitu secara alami dan secara buatan. Secara alami maksudnya perkembangbiakan aseksual tanpa campur tangan dari tangan manusia, seperti dengan pembelahan sel, (pada tumbuhan bersel satu, misalnya alga bersel satu Chlorella), dengan menghasilkan spora vegetatif (misalnya pada tumbuhan paku, fungi, dan ganggang), dengan rhizoma atau akar tinggal (pada irut, bunga tasbih, lengkuas, temulawak, dan kunyit), dengan stolon atau geragih (misalnya pada pegagan, rumput teki), dengan umbi batang, (misalnya pada kentang), dengan umbi lapis (misalnya pada bawang merah), dengan umbi akar (misalnya pada ketela pohon), dengan tunas (misalnya pada bambu), dengan tunas adventif (misalnya pada cocor bebek). Dan ada juga perkembangbiakan aseksual secara buatan yaitu dengan bantuan tangan manusia, seperti stek (memperbanyak dengan potongan-potongan batang, yang ditanam, lalu tumbuh menjadi tanaman baru), mengenten ( menyambungkan dua jaringan tanaman yang hidup, sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang menjadi satu tanaman gabungan), merunduk (merundukkan dan kemudian membelokkan ke bawah batang atau cabang tanaman), okulasi (menempelkan mata tunas suatu tumbuhan pada batang tumbuhan lain), dan mencangkok (membuat cabang batang tanaman menjadi berakar).


stek
mengenten
merunduk
okulasi

mencangkok



daftar pustaka:

BIology for Junior High School.Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia
Biologi SMP/MTs Kls IX (KTSP). Jakarta: Grasindo

Foto :
http://bigbangpustaka.blogspot.co.id/2015/03/jenis-jenis-penyerbukan-pada-bunga.html
http://reproductionsystemlina.blogspot.co.id/2015/08/reproduksi-aseksual-dan-seksual.html
http://biologimediacentre.com/reproduksi-vegetatif-pada-tumbuhan/

Efek Rumah kaca


Dari tahun ke tahun jika kita sebagai penghuni bumi mengamati kejadian-kejadian yang ada di bumi, maka kita dapat merasakan perbedaan yang terjadi, misalkan perbedaan suhu bumi yang semakin kesini semakin panas serta cuaca yang tidak menentu. Hal ini disebut  sebagai pemanasan global (global warming), dimana terjadi peningkatan suhu di bumi akibat dari efek rumah kaca. 

a. Pengertian Efek Rumah Kaca

        Efek rumah kaca, adalah proses pemanasan permukaan bumi atau benda langit seperti planet mars, venus, dan saturnus yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Dalam bahasa inggris, istilah untuk efek rumah kaca adalah green house effect. Istilahnya menggunakan kata “green house” karena bumi diibaratkan sebagai tanaman dan atmosfer bumi sebagai kaca, dimana tanaman yang akan ditumbuhi diletakkan di dalam rumah kaca karena sifat kaca adalah mudah menyerap panas tapi sulit melepaskannya, dimana di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi daripada diluar rumah kaca, karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas. Efek rumah kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824. Efek rumah kaca dapat terjadi karena 2 hal, pertama efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di muka bumi, kedua efek rumah kaca yang terjadi akibat aktivitas dari manusia. Efek rumah kaca terjadi karena adanya penyerapan gelombang infra merah, dimana kalau tidak berlebihan maka sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena dapat menjadikan suhu bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup. Tanpa efek rumah kaca, bumi akan tertutupi oleh es dan perbedaan suhu antara siang hari dan malam hari tidak terlalu jauh berbeda.

b. Penyebab Efek Rumah Kaca

        Biasanya orang yang tidak tahu apa itu efek rumah kaca, mereka beranggapan bahwa efek rumah kaca disebabkan oleh  rumah-rumah kaca yang ada di perkotaan, tapi penyebab sebenarnya karena emisi karbon yang terlalu banyak di angkasa sehingga menyulitkan panas untuk memantul kembali ke angkasa. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2), Metana (CH4), N2O (Nitrous Oksida), HFC5 (Hydrofluorocarbons), CFC (klorofluorokarbon), PFC5 (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur Hexafluoride) di atmosfer yang disebut gas rumah kaca. Peningkatan CO2  disebabkan karena pembakaran bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, asap kendaraan dan menghasilkan listrik pada saat yang sama. Tetapi jumlah tanaman untuk menyerap CO2  sangat sedikit, dengan demikian gas CO2 semakin bertambah. Peningkatan CH4  disebabkan oleh produksi dan transportasi batu bara, gas alam dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah. Untuk gas N2O, disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Sedangkan peningkatan HFC5 disebabkan oleh manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan(furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Dan CFC disebabkan oleh peningkatan penggunaan lemari pendingin dan AC.

c. Akibat Efek Rumah Kaca

      Dampak yang ditimbulkan karena efek rumah kaca sudah pasti ada, terutama dampaknya pada Bumi ini, dan dibalik dampak positif pasti ada juga dampak negatifnya jika efek rumah kacanya sudah berlebihan. Berikut dampak positif dan negatif dari efek rumah kaca:

Dampak Positif Efek Rumah Kaca :
  1. Efek rumah kaca menyerap gelombang infra merah, dimana kalau tidak berlebihan maka sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena dapat menjadikan suhu bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup. Tanpa efek rumah kaca, bumi akan tertutupi oleh es dan perbedaan suhu antara siang hari dan malam hari tidak terlalu jauh berbeda. 
  2. Manusia menjadi lebih berhati-hati dalam penggunaan listrik dan bahan bajar fosil agar tidak menyebabkan peningkatan efek rumah kaca yang berlebihan
  3. Untuk mencegah peningkatan efek rumah kaca yang berlebihan, manusia menadi lebih kreatif dengan mendaur ulang sampah menjadi barang yang ekonomis
  4. Manusia menjadi lebih sadar akan keberadaan pepohonan yang sangat berguna untuk bumi karena pohon menyerap gas karbondioksida sehingga peningkatan gas tersebut yang menyebabkan peningkatan efek rumah kaca dapat dikurangi 


Dampak Negatif Efek Rumah Kaca :
  1. Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbondioksida di atmosfer,
  2. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutu yang dapat menimbulkan naiknya permukaan laut.
  3. Mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
  4. Menjadi penyebab global warming dan perubahan suhu iklim. Iklim di bumi menjadi tidak menentu dan susah diprediksi, sehingga mengganggu sistem penerbangan dan petani dalam menentukan masa panen.

d. Solusi Mengatasi Efek Rumah Kaca

        Agar mengurangi peningkatan efek rumah kaca yang berlebihan, kita sebagai penghuni bumi wajib melakukan upaya dan penjagaan terhadap bumi yang kita tempati. Berikut solusi bagi kita untuk mengurangi efek rumah kaca ini, yaitu :
  1. Mengurangi penggunaan listrik yang berlebihan, matikan alat listrik seperti lampu dan yang lainnya jika tidak digunakan, selalu hemat dalam penggunaannya
  2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, selain untuk mengurangi macet yang terjadi sekarang ini, kita juga dapat mengurangi peningkatan efek rumah kaca karena berkurangnya asap kendaraan dimana sekarang ini satu orang bisa menyebabkan berkali-kali lipat gas rumah kaca karena memiliki kendaraan bermotor pribadi yang dipakainya sehari-hari
  3. Melakukan go green atau penghijauan, dimana pepohonan-pepohonan yang akan tumbuh dapat dengan baik menyerap gas karbondioksida yang dihasilkan
  4. Melakukan pengelolaan sampah, seperti mengurangi penggunaan sampah, memisahkan antara sampah organik dan anorganik, menghemat penggunaan kertas, plastik, dan tisu, serta mendaur ulang kertas, plastik, dan logam



Daftar Pustaka:

Rusbiantoro, D. 2008. Global warming for beginner: pengantar komprehensif tentang pemanasan global. Jakarta: Niaga Swadaya

IPA FISIKA. Jilid 3, Esis